Ancelotti senior yang benar-benar frustrasi menoleh ke anaknya di bangku cadangan. Davide langsung bilang, "Joselu, dai." Dai adalah istilah bahasa Italia yang berarti "Ayolah".
MENANTI sihir Davide Ancelotti, senjata rahasia Carlo Ancelotti di final Liga Champions 2024. Foto: Davide (kiri) memeluk Joselu yang jadi pahlawan di semifinal Liga Champions 2024.-Thomas Coex-AFP
BACA JUGA:Alasan Bijak Ancelotti Bungkam Soal Transfer Mbappe ke Real Madrid, Diumumkan Pekan Depan?
Carlo mengalah dan menyuruh sang striker untuk melakukan pemanasan. Ia baru masuk pada menit ke-81.
Semua tahu cerita lanjutannya. Hanya 7 menit setelah masuk, Joselu memanfaatkan blunder Manuel Neuer untuk menyamakan kedudukan. Dan 2 menit kemudian, menambah satu gol lagi untuk membawa Real menang 2-1.
Los Blancos kembali ke final Liga Champions. Final keenam dalam 10 tahun terakhir. Tiga menit, dua gol. Dan itu hanya kekuatan satu pergantian pemain.
Sekali lagi, Davide mengambil keputusan yang tepat. Putra Carlo, si asisten manajer Real Madrid, terus menjadi senjata rahasianya.
BACA JUGA:Fixed! Carlo Ancelotti Bakal Pensiun di Real Madrid, Ini Perkiraan Waktunya
Adaptasi, Bukan Filosofi
Banyak yang masih bertanya-tanya. Bagaimana Real Madrid bisa terus mencapai final Liga Champions. Padahal mereka (dianggap) tidak memiliki filosofi sepak bola yang jelas?
Dalam banyak wawancara, Davide sudah menyebutkan rahasianya. "Tim kami berhasil melalui fleksibilitas. Kami beradaptasi sesuai situasi," ungkapnya, seperti dikutip BBC.
"Tidak ada ideologi yang pasti. Kami bisa saja memulai permainan dengan formasi 4-3-3, tapi bisa berubah berkali-kali dalam satu pertandingan," lanjutnya.
MENANTI sihir Davide Ancelotti, senjata rahasia Carlo Ancelotti di final Liga Champions 2024. Foto: Davide Ancelotti (tengah) di bench Real Madrid. -Thomas Coex-AFP
BACA JUGA:Aneh! Kiper Utama Real Madrid, Thibaut Courtois Tak Masuk Timnas Belgia di Piala Euro 2024
Dalam wawancara dengan Corriere dello Sport, Carlo Ancelotti juga menjelaskan: "Aku tidak percaya pada ideologi seperti Guardiolismo, Sarrismo... Aku percaya pada identitas tim."
Ya, daripada menganut gaya permainan yang mengharuskan pemain tertentu untuk memastikan kesuksesan, Ancelotti secara pragmatis membangun taktik berdasarkan materi pemain yang dimilikinya.