Spirit Iduladha, Katalisator Intoleransi Ekonomi

Minggu 16-06-2024,14:47 WIB
Oleh: Sukarijanto

IDULADHA merupakan salah satu momen penting dalam agama Islam yang dirayakan setiap tahun. Lebih dari sekadar perayaan, Iduladha atau Hari Raya Kurban membawa makna mendalam yang berkisah tentang pengorbanan, keikhlasan, dan ketaatan kepada Allah SWT. 

Perintah untuk berkurban pada Iduladha tidak hanya sekadar ritual, tetapi juga sebagai pengingat akan pengorbanan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Dalam kisah tersebut, Allah mengganti Nabi Ismail dengan seekor domba sebagai bentuk ujian dan pengampunan. Berkurban juga mengajarkan nilai-nilai berbagi dan ikhlas kepada sesama.

Iduladha melambangkan semangat pengorbanan dan berbagi. Kurban yang disembelih pada hari ini tidak hanya dimaksudkan sebagai pengganti pengorbanan Nabi Ibrahim, tetapi juga sebagai simbol berbagi dengan mereka yang membutuhkan.

BACA JUGA: Kisi Fondasional: Iduladha dan Perubahan Akhlak 

Daging kurban dibagi menjadi tiga bagian: sepertiga untuk keluarga, sepertiga untuk teman dan tetangga, dan sepertiga untuk kaum duafa dan yang membutuhkan. Tindakan berbagi itu menanamkan rasa persatuan, ikatan sosial, dan kepedulian di antara sesama.

Solidaritas sosial yang dibangun melalui tindakan berbagi merupakan ekspresi dari gerakan untuk menjaga relasi, menghindari gesekan, dan memitigasi gejala yang akan mengoyak soliditas masyarakat berbangsa. Maka, spirit Iduladha mengidealisasikan kerukunan dan toleransi sesama warga. 

Gerakan itu mengurangi tensi saling curiga yang memojokkan satu kelompok tertentu yang memoderasi simpul kerukunan melalui gerakan berbagi. Seperti halnya zakat fitrah, ibadah kurban mengandung nilai-nilai kemanusiaan serta maslahat ekonomi yang begitu besar.

BACA JUGA: Berkah Iduladha dari Grab dan OVO: Hewan Kurban untuk Para Mitra Pengemudi di Seluruh Indonesia

Terlebih, nilai-nilai spiritual Iduladha memiliki andil besar dalam menstimulasi produktivitas ekonomi melalui naiknya permintaan hewan kurban. Harga bukan satu-satunya aspek yang menjadi pertimbangan masyarakat dalam membeli hewan kurban sehingga tercipta rantai pasok  mulai peternak, pedagang, jasa angkutan, hingga rumah potong hewan. 

Itu secara serentak mampu menggerakkan lokomotif ekonomi di pelosok daerah yang melibatkan usaha mikro, UMKM, dan badan usaha milik desa (BUMDes).

Menurut data Kementerian Pertanian, permintaan hewan kurban pada 2023 secara nasional mencapai 1,74 juta ekor. Kurban itu terdiri atas sapi, kerbau, kambing, dan domba. Menurut catatan versi Kamar Dagang dan Industri (Kadin), nilai ekonomi dari pelaksanaan Hari Raya Kurban tahun 2023 telah sukses mencatat di kisaran Rp 24 triliun. 

BACA JUGA: Keutamaan dan Manfaat Berkurban untuk Iduladha Bagi Umat Muslim

Angka itu termasuk mencakup kontribusi dari sektor pariwisata yang memanfaatkan libur cuti bersama Iduladha. Diperkirakan Iduladha untuk tahun 2024 ini terjadi peningkatan lebih besar lagi. 

MENEPIS INTOLERANSI EKONOMI

Bertalian dengan sistem ketatanegaraan yang kian liberal, dalam politik yang justru membuahkan subsistem ekonomi yang sentralistis, terjadilah mayoritas dalam jumlah, baik tinjauan populasi maupun agama berposisi sebagai minoritas di bidang kapasitas ekonomi. 

Kategori :