KESEHATAN anak usia sekolah dan remaja saat ini menentukan derajat generasi bangsa di masa depan. Kita perlu mempersiapkan mereka menjadi sumber daya manusia yang berkualitas.
Salah satunya melalui pendidikan kesehatan. harapannya, mereka mampu menghindari diri dari permasalahan yang dapat berdampak buruk terhadap kesehatan melalui perilaku hidup bersih dan sehat.
Permasalahan yang dihadapi anak usia sekolah dan remaja cukup kompleks. Banyak penyakit serius akibat perilaku yang dimulai sejak masa remaja. Misalnya, merokok, penyakit menular seksual, kurang gizi, dan kurang olahraga.
BACA JUGA: Anemia Aplastik: Penyakit Langka Diduga Penyebab Kematian Babe Cabita, Ini Gejalanya..
Ketersediaan akan akses terhadap informasi yang baik dan akurat serta pengetahuan untuk memenuhi keingintahuan anak usia sekolah dan remaja akan memengaruhi keterampilan mereka dalam mengambil keputusan untuk berperilaku sehat.
Remaja Indonesia mengalami tiga beban gizi, yaitu 25% mereka pendek, 8% terlalu kurus, 15% kelebihan berat badan atau obesitas, dan sekitar 10% remaja putra dan 23% remaja putri menderita anemia.
Ada beberapa faktor yang berkontribusi terhadap malanutrisi di kalangan remaja di Indonesia. Status sosial ekonomi menjadi penentu utama. Dengan meningkatnya globalisasi dan urbanisasi, seiring dengan perkembangan ekonomi negara yang maju pesat, Indonesia mengalami perubahan pola makan dan aktivitas fisik yang cepat.
BACA JUGA: Gerakan Aksi Bergizi Atasi Stunting
Disebut sebagai ”transisi gizi” atau ”nutrition transition”, makanan olahan yang tinggi kalori menjadi hal yang jelas terlihat dalam konsumsi harian populasi ini.
Sementara itu, gaya hidup yang kurang bergerak menjadi lebih umum, yang mengakibatkan prevalensi kelebihan berat badan yang lebih besar, bahkan obesitas.
Remaja merupakan setengah dari sumber daya manusia untuk masa depan dan aset yang sangat besar untuk pertumbuhan ekonomi dan sosial, terutama remaja putri (rematri) yang rentan menderita anemia karena banyak kehilangan darah saat menstruasi.
BACA JUGA: Anak Kurang Gizi Hilang, Yang Gemuk Muncul
Remaja putri yang menderita anemia berisiko mengalami anemia pada saat hamil dan akan berdampak negatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan serta berpotensi menimbulkan komplikasi kehamilan dan persalinan, bahkan mengakibatkan kematian ibu dan anak. Anemia pada anak usia 5–14 tahun sebesar 26,8% dan usia 15–24 tahun sebesar 32%.
Paket intervensi aksi bergizi terdiri atas tiga komponen.
Pertama, memperkuat suplementasi zat besi dan asam folat mingguan (tablet tambah darah atau TTD) untuk remaja putri. Itu diberikan bersama sarapan yang dibawa dari rumah untuk memfasilitasi penyerapan dan mengurangi efek samping dari TTD.