Anak Kurang Gizi Hilang, Yang Gemuk Muncul

Anak Kurang Gizi Hilang, Yang Gemuk Muncul

LAPORAN tahunan ini sejatinya menggembirakan: jumlah anak kurang gizi turun drastis sejak 2010. Tetapi, laporan itu juga mengungkap hal yang memprihatinkan: jumlah anak kegemukan naik. Juga anak yang penglihatannya buruk.

Yang merilis adalah Pusat Anak-Anak Nasional dan Ilmu-Ilmu Sosial Tiongkok. Di situ tercantum bahwa angka kekurangan gizi di antara siswa SD dan SMP pada 2019 adalah 8,5 persen. Itu turun jauh dibandingkan 12,7 persen pada 2010. Atau 10,1 persen pada 2014.

Namun, angka obesitas naik dari 15,5 persen pada 2010 menjadi 20,4 persen pada 2014. Sedangkan pada 2019, angkanya adalah 24,2 persen. Artinya, hampir seperempat anak-anak Tiongkok kelebihan berat badan.

Laporan itu juga mengungkapkan bahwa angka obesitas pada anak lelaki lebih tinggi daripada perempuan. Laju penambahan berat badan di kalangan anak laki-laki juga lebih cepat ketimbang perempuan.

Tren tersebut diduga karena kultur sosial dan budaya. Masyarakat dan cewek lebih memperhatikan kondisi badan mereka. Anak perempuan lebih ketat menjaga diet.

Berdasar laporan tersebut, tampak bahwa anak-anak kota lebih obesitas daripada anak desa. Namun, pertumbuhan obesitas di kalangan anak desa juga sangat cepat.

Yang memprihatinkan adalah kondisi mata anak-anak di Tiongkok. Pada 2019, anak dengan penglihatan buruk (baik minus atau bisa jadi plus) berjumlah 67,9 persen. Padahal, pada 2014 jumlahnya masih 62,2 persen. Pada 2010 bahkan masih 57,4 persen. Dengan begitu, lebih dari separo anak-anak di Tiongkok membutuhkan kacamata di usia yang masih muda.

Seperti pada kasus obesitas, kasus mata buruk pada anak-anak desa juga meningkat lebih cepat. Ini, kata laporan tersebut, karena urbanisasi dan pembangunan ekonomi mempersempit kesenjangan antara wilayah desa dan kota.

Pada 2019, sebanyak 85 siswa SMA juga memakai kacamata. Dan di kalangan siswa yang berusia muda, pertumbuhannya juga lebih cepat.

Laporan tersebut mengungkap bahwa pencegahan kerusakan mata harus segera dilakukan. Dunia pendidikan juga harus turut serta dalam mencegah rusaknya mata anak-anak.

Karena itu, Kementerian Pendidikan, Komisi Kesehatan Nasional, dan enam departemen lainnya mengeluarkan pedoman pada 2018. Mereka mengatakan bahwa tingkat rabun jauh di kalangan remaja Tiongkok harus berkurang persentasenya. Targetnya, pada 2018-2023, persentase itu harus turun setengah poin per tahun. Di provinsi dengan yang punya banyak anak-anak rabun jauh, penurunannya harus 1 poin persentase per tahun.

Orang tua dan sekolah diminta memastikan bahwa anak-anak setidaknya beraktivitas di luar ruangan selama sejam per hari. Anak-anak juga harus punya waktu tidur yang cukup. Mereka tidak boleh mendapat beban tugas akademik yang terlalu tinggi.

Anak-anak juga harus dijauhkan dari perangkat elektronik. Pada Februari tahun ini, kementerian pendidikan melarang penggunaan ponsel di semua ruang kelas sekolah dasar dan menengah. (Doan Widhiandono)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: