SURABAYA, HARIAN DISWAY - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita mengungkapkan bahwa suhu perkotaan di Indonesia maupun di dunia tengah mengalami kenaikan signifikan.
Hal ini tidak lepas dari fenomena Urban Heat Island (UHI). Ini merupakan fenomena alam berupa tingginya temperatur daerah perkotaan dibandingkan pedesaan.
"UHI ini harus kita mitigasi bersama. Perlu kesadaran dan aksi nyata untuk menghadapi UHI ini," ungkap Dwikorita dalam gelaran Workshop Urban Heat Island 2024 yang diselenggarakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan bekerjasama dengan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Rabu, 26 Juni 2024.
BACA JUGA:BMKG Tebar Garam di Langit Kaltim Untuk Kurangi Hujan di IKN
Dwikorita menerangkan, peningkatan suhu yang terkait dengan fenomena UHI perkotaan bervariasi tergantung pada tutupan lahan. Fenomena ini, kata dia, dipicu oleh beberapa faktor, diantaranya struktur geometris kota yang rumit, sedikitnya vegetasi, hingga efek rumah kaca.
Selain itu, perubahan tutupan lahan yang menjadi lahan terbangun juga memperparah terjadinya UHI.
Cuaca terik di persimpangan Basra, Kota Surabaya. Cuaca panas masih mendominasi di Kota Pahlawan meskipun BMKG telah menyatakan Indonesia mulai masuk masa peralihan ke musim hujan-Julian Romadhon/Harian Disway-
Dwikorita menyebut dalam kurun waktu 30 tahun terakhir, efek UHI relatif cukup kuat dirasakan. Sejumlah kota besar di Indonesia seperti Jabodetabek, Medan, Surabaya, Makassar, dan Bandung, lanjut dia, termasuk dalam 20 persen kota dengan nilai Land Surface Temperature (LST) terbesar.
Menurutnya, permukaan yang kedap air dan lebih sedikit vegetasi menambah efek dari UHI tersebut.
BACA JUGA:Suhu Panas Indonesia Terus Pecahkan Rekor, BMKG Sebut Perubahan Iklim Ancam Ketahanan Air dan Pangan
BACA JUGA:Suhu Bumi Naik, BMKG Ingatkan tentang Cuaca Ekstrem dan Bencana Hidrometeorologi
Lebih lanjut, Dwikorita menerangkan, Badan Meteorologi Dunia (WMO) baru saja menyatakan bahwa tahun 2023 tercatat sebagai tahun terpanas sepanjang pengamatan instrumental. Anomali suhu rata-rata global mencapai 1,45 derajat Celcius di atas zaman pra industri.
Angka ini, kata Dwikorita, nyaris menyentuh batas yang disepakati dalam Paris Agreement tahun 2015 bahwa dunia harus menahan laju pemanasan global pada angka 1,5 derajat Celcius. Pada tahun 2023, terjadi rekor suhu global harian baru dan terjadi bencana heat wave ekstrem yang melanda berbagai kawasan di Asia dan Eropa.
Cuaca panas: Dua warga Surabaya berjalan di bawah terik matahari. Gunakan pelindung tubuh dan banyak minum air untuk mencegah resiko penyakit akibat terpapar udara panas-Boy Slamet/Harian Disway-
"Rekor iklim yang terjadi di tahun 2023 bukanlah kejadian acak atau kebetulan, melainkan tanda-tanda jelas dari pola yang lebih besar dan lebih mengkhawatirkan yaitu perubahan iklim yang semakin nyata. Maka dari itu, perlu langkah atau gerak bersama seluruh komponen masyarakat, tidak hanya pemerintah, namun juga sektor swasta, akademisi, media, LSM, dan lain sebagainya termasuk anak-anak muda," tambah Dwikorita.
Dalam kesempatan tersebut, mantan Rektor Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta ini juga menjelaskan secara rinci apa saja yang menjadi tugas dan kewenangan BMKG.