Zhang Zhi Jie Meninggal Karena Henti Jantung, Ini Beda Penanganan Medis di Sepak Bola dan Bulu Tangkis

Selasa 02-07-2024,07:35 WIB
Reporter : Retna Christa
Editor : Retna Christa

Kata dr Dhika, kolaps tanpa sentuhan adalah gejala kuat henti jantung. Dan itu level daruratnya sangat tinggi.

"Makanya FIFA, setahu saya, akan membolehkan tim medis masuk ke lapangan tanpa harus menunggu aba-aba wasit, kalau ada yang kolaps tanpa adanya kontak fisik sebelumnya," kata dr Dhika.

Karena, menurut dr Dhika, pada kasus henti jantung, yang harus segera dilakukan adalah memberikan resusitasi jantung dan paru-paru (CPR) serta defibrilasi. Misalnya menggunakan AED (Automated External Defibrillator), secepat-cepatnya.

"Bahkan, CPR ini lebih penting daripada seberapa cepat orang itu nyampe ke IGD rumah sakit," tegas dokter alumnus Spesialis Kedokteran Olahraga di Universitas Indonesia tersebut.

BACA JUGA:Aktor Donny Kesuma Meninggal Akibat Sakit Jantung, Sempat Dirawat Sejak Sabtu

BACA JUGA:3 Cara Penanganan Bila Bertemu Orang yang Mendadak Terkena Serangan Jantung

"Saya berharap semua orang harus bisa CPR. Kalau perlu, masukin ke kurikulum sekolah," imbaunya.

Ketika dihubungi Harian Disway, dr Dhika menyesalkan kenapa SOP di BWF dan Badminton Asia mengharuskan tim medis menunggu aba dari wasit.


ZHANG Zhi Jie meninggal karena henti jantung. Foto: dr Andhika Raspati, SpKO. -Instagram dr Dhika-

Apalagi, setelah tim medis sampai di lapangan, yang dilakukan kali pertama bukanlah CPR. Mereka memeriksa Zhang Zhi Jie dengan posisi pemain masih tengkurap. Ketika direbahkan, mereka tetap tidak melakukan CPR. Melainkan mengangkatnya dengan tandu.

Saat itu, ia dilarikan ke rumah sakit. Padahal, perjalanan menuju rumah sakit memakan waktu 10 menit. Jika ia tidak buru-buru dibawa ke rumah sakit, melainkan diberi CPR di lapangan, apakah ada kemungkinan Zhang selamat?

BACA JUGA:Apakah Gejala Serangan Jantung sama dengan Gejala Maag?

"Kemungkinan selalu ada," kata dr Dhika. "Dan kemungkinan itu semakin tipis seiring waktu berlalu tanpa CPR. Kalau baru dikasih CPR waktu sampai rumah sakit ya telat," tukasnya.

PP PBSI memiliki pendapat yang sama dengan dr Dhika. Mereka merasa aturan BWF dan Badminto Asia yang mengharuskan tim medis menunggu izin wasit saat ada keadaan darurat sangat merugikan atlet.

"Aturan tertulis SOP tim medis tidak bisa masuk ke lapangan sebelum ada call dari referee harus dikaji ulang. Kami akan membawa kasus ini ke BWF demi keselamatan atlet di masa mendatang," tegas Broto. (*)

Kategori :