Tak akan ada yang mempermasalahkan Anda kalau Anda menyatakan pokok ajaran filsafat Tiongkok adalah kemanusiaan. Tak akan ada yang mempersoalkan Anda juga kalau Anda menyebut intisari ajaran filsafat Tiongkok ialah kebajikan. Sebab, yang menjadi titik fokus filosofi Tiongkok, dari dulu sampai sekarang, memang "积德累功" (jī dé lěi gōng): sebanyak mungkin berbuat kebajikan dan memberikan sumbangsih untuk sesama.
Maka jangan heran kalau banyak sekali sesepuh orang Tionghoa di Indonesia mewanti-wanti anak cucunya untuk menjunjung tinggi kemanusiaan dan kebajikan. Kevin Cahya Tjangdjaja, misalnya, menjadikan "hati yang penuh kemanusiaan dan kebajikan" sebagai moto hidupnya lantaran sejak kecil sudah diajarkan untuk begitu oleh kakek-neneknya.
BACA JUGA:Cheng Yu Pilihan Kandidat Doktor Ilmu Politik di UC Berkeley Johnathan Guy: Bu Pian Bu Yi
"Moto ini penting bagi keluarga saya karena merupakan warisan luhur yang ditinggalkan kakek buyut saya untuk kami dan keturunan kami di masa depan," kata direktur PT Indo Makmur Foods itu.
Sebagai perwujudannya, Kevin jadikan memimpin dengan kemanusiaan dan kebajikan sebagai asas penuntun dalam mengelola perusahaannya. "Dengan prinsip kemanusiaan, saya menjadi selalu terpacu untuk bisa menghubungkan, memahami, dan merawat orang-orang di tempat kerja dan komunitas saya. Sementara dengan prinsip kebajikan, saya menjadi selalu diingatkan untuk melakukan hal yang benar di manapun dan kapanpun," ujar Kevin.
BACA JUGA:Cheng Yu Pilihan Anggota Komisi X DPR & CEO PSIS Semarang Yoyok Sukawi: Che Dao Shan Qian Bi You Lu
Kevin berharap bisa terus memegang teguh prinsip kemanusiaan dan kebajikan yang diajarkan kakek buyutnya serta bisa menurunkan ajaran-ajaran luhur tersebut kepada anak kucunya kelak. (*)