Konflik Palestina sekarang membawa perkembangan baru dengan munculnya partai-partai kiri sebagai pemenang dalam pemilu Eropa. Di Prancis partai sosialis kiri berhasil memenangkan pemilu.
Mereka mengalahkan partai kanan. Janji untuk mengakui kemerdekaan Palestina yang menjadi tema kampanye partai kiri berhasil menarik simpati pemilih.
Partai sayap kanan Prancis terkenal sangat anti-imigrasi dan anti-Islam. Di bawah kepemimpinan Marine Le Pen, partai sayap kanan dikenal dengan sikapnya yang sekuler ekstrem yang bisa mengancam eksistensi imigran Afrika muslim.
Partai sayap kanan National Rally, yang dipimpin Marine Le Pen, memenangkan 143 kursi dan memimpin putaran pertama dengan kemenangan tipis. Partai tengah dan sayap kiri kemudian berkoalisi untuk mengalahkan koalisi sayap kanan. Akhirnya koalisi yang terdiri atas partai tengah dan kiri berhasil mengalahkan partai sayap kanan.
Perkembangan itu membuat peta politik berubah. Kelompok sayap kanan awalnya menjadi musuh lama Yahudi Prancis. Pendiri National Rally, Jean-Marie Le Pen, berulang-ulang dihukum karena ujaran kebencian dan penyangkalan Holocaust dan sangat anti-Yahudi. Namun, karena ancaman partai sayap kiri, sekarang partai sayap kanan berbaikan dengan para pendukung Israel.
Di Inggris juga terjadi perubahan besar. Partai Buruh yang dipimpin Keir Starmer memenangkan pemilu dan meraih kursi mayoritas di parlemen. Perdana Menteri Rishi Sunak dari Partai Konservatif pun mengundurkan diri karena kekalahan itu.
Partai Buruh yang berhaluan kiri meraih 326 kursi di DPR dan menjadikan Partai Buruh sebagai mayoritas. Hasil itu mengonfirmasi perubahan luar biasa bagi Partai Buruh dalam satu siklus pemilu. Partai Buruh memenangkan 410 dari 650 kursi.
Perubahan tersebut akan membawa konsekuensi besar dalam konflik Palestina. Pasalnya, perdana menteri terpilih Inggris menyatakan akan mendukung kemerdekaan Palestina.
Dukungan Prancis dan Inggris terhadap kemerdekaan Palestina akan mengubah lanskap politik Timur Tengah secara signifikan. Selama ini dua negara itu menjadi sekutu utama Amerika Serikat (AS) dalam konflik Palestina. AS makin tersudut dalam pembelaannya terhadap Israel setelah membelotnya Prancis dan Inggris dengan mendukung Palestina.
Inggris adalah sponsor utama berdirinya negara Israel pada 1947. Ketika itu Menteri Luar Negeri Inggris Sir James Balfour mensponsori deklarasi yang menjadi dasar berdirinya negara Israel.
Perkembangan internasional itu menjadi angin segar bagi para pejuang Palestina dan pendukungnya di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Sebenarnya, ada ironi dalam perkembangan ini. Sebab, kemerdekaan Palestina harus didukung politisi kiri yang sosialis dan bahkan cenderung komunis. Fenomena itu bisa menjadi bukti munculnya kekuatan ”Kiri-Islam” yang sudah digagas pemikir Islam Hasan Hanafi pada 1980-an?
Islam dan sosialis kiri tidak bisa berbaur laksana minyak dan air. Namun, menghadapi musuh bersama kapitalisme global, ternyata minyak dan air bisa bersatu. Itulah politik. (*)
*) Dosen ilmu komunikasi Unitomo, Surabaya.