Yahudi Pesek dan Kiri-Islam

Sabtu 13-07-2024,23:12 WIB
Reporter : Dhimam Abror Djuraid*
Editor : Yusuf Ridho

MENKOMINFO Budi Arie Setiadi menjadi sorotan gegara fotonya bersama tentara Israel beredar di media sosial. Foto itu menggambarkan Budi Arie tengah berpose bersama tentara perempuan wajib militer yang menenteng senjata laras panjang. Satu foto lagi menunjukkan Budi Arie berpose di bawah bendera Bintang Daud.

Foto-foto tersebut diambil dalam kunjungan Budi Arie ke Israel pada 2015. Ketika itu ia tidak banyak dikenal orang. Aktivitas politiknya juga tidak banyak, kecuali sebagai relawan Jokowi. Sekarang Budi Arie menjadi sorotan. Sebab, sebagai menteri komunikasi dan informatika (kominfo), ia dianggap bertanggung jawab terhadap bobolnya server Pusat Data Nasional (PDN) dari serangan peretas.

Foto-foto jadul itu sebenarnya tidak ada hubungannya dengan tupoksi Budi Arie sebagai menteri kominfo. Tetapi, itulah jailnya netizen. Ketika seorang pejabat tinggi berada dalam sorotan, rekam jejak digitalnya pun dibongkar ke publik.

BACA JUGA: Yahudi Pesek

BACA JUGA: Bicara di Forum R20 ISORA, Rabi Yahudi Sebut Indonesia adalah Pemimpin Kemanusiaan Bagi Dunia

Sebagai pemeluk Kristen Protestan, wajar Budi Arie mengunjungi Israel, berziarah ke Jerusalem, serta menapaktilasi gereja dan tempat lahir Nabi Isa. Namun, persepsi publik selalu negatif setiap kali ada pejabat yang berkunjung ke Israel. Konflik Israel dengan Hamas yang mengakibatkan terbunuhnya ribuan warga sipil Palestina menjadi penyulut kemarahan warga Indonesia dan publik internasional.

Reaksi netizen terhadap unggahan foto-foto itu pun riuh rendah. Ada yang mendesak Budi Arie dipecat secepatnya. Ada yang menyebut Budi Arie simpatisan zionis dan pendukung genosida Yahudi Israel terhadap warga Palestina.

Publik Indonesia mengecam keras serbuan Israel terhadap warga sipil Palestina yang mengakibatkan kehancuran Gaza. Namun, diam-diam ada juga publik Indonesia yang membela Israel karena menganggap Hamas sebagai organisasi teroris. 

Terjadi polarisasi opini publik sebagaimana yang terjadi dalam kontestasi politik selama ini. Meski polarisasi kadrun-cebong tidak ingar bingar lagi dalam Pilpres 2024, garis polarisasi dua kubu itu masih tetap kuat. Pendukung Palestina disebut sebagai kadrun dan pendukung Israel disebut cebong.

Kadrun dan cebong sebenarnya terminologi yang lucu. Namun, karena ada muatan politik, sebutan itu menjadi peyorasi alias sangat merendahkan. Kelompok kanan yang disebut sebagai kadrun bisa sakit hati dan kalangan liberal yang disebut cebong juga bisa panas telinga.

Mereka yang dianggap mendukung Israel sekarang mendapat julukan baru sebagai ”Yahudi Pesek”. Sebutan itu bikin tertawa karena lucu, tapi bisa membikin telinga merah karena asosiasi yang negatif. Pesek adalah bentuk hidung yang tidak mancung, yang diasosiasikan sebagai bentuk hidung rata-rata orang Indonesia. Sebaliknya, hidung mancung identik dengan hidung orang Eropa.

Persepsi yang berkembang luas adalah orang Yahudi selalu digambarkan berkulit putih, berambut pirang, tinggi besar, dan berhidung mancung, khas anatomi manusia Eropa. Hal tersebut lebih sebagai stereotipe ketimbang realitas. Sebab, banyak juga Yahudi dari Etiopia dan beberapa darah Afrika yang berkulit hitam legam, berambut keriting keriwil, dan hidung tidak mancung.

Para simpatisan Israel di Indonesia yang disebut sebagai Yahudi Pesek umumnya berasal dari kalangan kristiani seperti Budi Arie. Dalam konflik Palestina ini, kalangan kristiani terlihat lebih pro kepada Israel ketimbang Islam. Dalam hal ini, Islam dianggap sebagai musuh bersama bagi Yahudi dan Kristen. Padahal, dalam sejarah, Yahudi dan Kristen pernah menjadi musuh bebuyutan.

Di Indonesia Islam lebih identik sebagai agama pribumi dan Kristen sebagai agama Eropa. Penjajah Belanda membuat segregasi sosial yang menempatkan pribumi dalam strata sosial yang rendah. 

Orang-orang China ditempatkan dalam strata sosial yang sejajar dengan bangsa Eropa. Stratifikasi sosial itu membuat kedua etnis tersebut terpisah menjadi pribumi dan nonpribumu. Dalam hal agama pun, akhirnya terjadi segregasi antara Islam dan non-Islam yang masih terasa sampai sekarang.

Kategori :