Yahudi Pesek

Yahudi Pesek

Ilustrasi Yahudi pesek vs Palestina.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

THE first casuality of war is truth, ’korban pertama peperangan adalah kebenaran’. Itulah ungkapan para aktivis media yang meliput peperangan. Ketika sebuah pertempuran terjadi, korban pertama yang jatuh bukan manusia atau tentara, melainkan kebenaran. 

Ungkapan tersebut menunjukkan bahwa perang bukan sekadar perang senjata, melainkan perang opini untuk merebut simpati publik.

Ungkapan itu muncul karena dalam setiap peperangan selalu muncul laporan yang simpang siur. Yang menjadi perselisihan bukan hanya soal berapa jumlah korban yang jatuh, melainkan setiap pihak mengaku sebagai pihak yang benar dan pihak lain salah. 

BACA JUGA:Sapu Jagat ala Jokowi

BACA JUGA:PKI, Indonesia, dan Cile

Satu pihak mengeklaim sebagai korban dan pihak lainnya adalah pelaku. Satu pihak mengaku mempertahankan diri dan pihak lain adalah agresor.

Itulah yang terjadi dalam konflik Israel-Palestina kali ini. Bukan hanya perang roket dan peluruh kendali yang bekobar, melainkan juga perang opini berkobar lebih dahsyat. Setiap pihak mengeklaim sebagai pemegang kebenaran dan pihak lain dituduh sebagai pendusta dan pengkhianat.

Sebagaimana perang senjata yang tidak seimbang, perang opini antara kedua pihak juga tidak seimbang. Israel mendapat dukungan penuh dari media-media mainstream Amerika Serikat dan Eropa. Sebaliknya, Palestina mengandalkan perlawanan melalui media sosial.

BACA JUGA:Deg-degan Anies-Imin

BACA JUGA:Pengkhianat di Tubuh Rezim dan Oposisi, Siapakah Mereka?

Pemberitaan di beberapa media Barat dalam konflik ini sangat tidak berimbang. Dalam beberapa hari ini serangan terhadap Israel oleh pasukan Hamas digambarkan sebagai serangan teroris. Bangsa Israel yang menyerang balik disebut sebagai mempertahankan diri.

Pemerintah Israel mengakui bahwa pihaknya mengeluarkan anggaran besar untuk menyewa para pemengaruh atau influencer dan pendengung atau buzzer untuk memenangkan perang opini guna mendapat dukungan dari dunia internasional. Para pemengaruh dan pendengung itu disewa dari seluruh penjuru dunia, termasuk dari Indonesia.

Perang media sosial sangat ramai dan seru. Opini publik di Indonesia terpecah antara pro dan kontra. Banyak yang menuduh Hamas dan Palestina sebagai agresor dan menggambarkan Israel dan Yahudi sebagai korban yang mempertahankan diri.

Selama ini sudah ada polarisasi antara kadrun dan cebong. Sekarang polarisasi itu berlanjut dalam konflik Israel-Palestina. Kelompok pendukung Palestina disebut sebagai kadrun alias kadal gurun dan pendukung Israel disebut sebagai cebong bin kodok.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: