Mental Elite Liberalisme dalam Pendidikan Indonesia

Sabtu 13-07-2024,23:45 WIB
Oleh: Salim

Pendidikan sebagai proses pembudayaan kodrat alam setiap individu dengan kemampuan-kemampuan bawaan untuk dapat mempertahankan hidup –yang tertuju pada pencapaian kemerdekaan lahir dan batin sehingga memperoleh keselamatan dalam hidup lahiriah dan kebahagiaan dalam hidup batiniah– kurang menjadi keyakinan pelaku pendidikan di Indonesia. 

Pendidikanlah yang sesungguhnya memberikan kontribusi yang paling besar terhadap situasi buruknya budi pakerti anak didik.

Kaum liberalis telah gagal memanusiakan manusia dalam pendidikan. Demokrasi dalam tradisi liberalisme merupakan demokrasi bebas berupa jargon belaka yang dalam kenyataan tak diikuti dengan tindakan untuk memberikan mayoritas warga bersuara. 

Masih banyak sekolah yang elitis. Mental priayi elite itu diteruskan oleh pendidikan dengan sistem persekolahannya dan sudah saatnya dipotong mata rantainya dengan memerlukan unsur kebersamaan dengan unsur kesamaan dalam masyarakat. 

Jika sejarah masyarakat mereka diberikan secara penuh kepada anak-anak, mereka akan melihat bahwa mereka menjadi bagian sesuatu yang lebih besar dalam kelompok sosial yang lebih besar.

REFORMASI PENDIDIKAN

Liberalisme pendidikan mendorong guru dan siswa terlepas dari ukuran-ukuran serta nilai-nilai dalam masyarakat. Kriteria yang digunakan untuk mengukur dan menentukan apa yang disebut kebaikan, keburukan, atau kegunaan menjadi kabur. 

Saat guru atau siswa disodori persoalan, keluarlah bermacam-macam pendapat yang bersifat individualistis. Sekolah seharusnya menjadi replika masyarakat. Namun, hal itu tidak terjadi karena mengganggap sekolah adalah masyarakat khusus dalam pemikiran liberalis.

Pendidikan di Indonesia masih tertinggal jauh karena beberapa faktor kentalnya pemikiran priayi elite,  anggaran yang kurang, gaji guru dan kualitas guru yang rendah, infrastruktur pendidikan yang buruk, dan masalah sosial. 

Oleh karena itu, pemerintah harus melakukan reformasi sistem pendidikan sebagai upaya untuk memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia agar dunia pendidikan bisa bangkit. 

Pembenahan fondasi karakter dan knowledge adalah yang utama. Sekolah-sekolah telah terjebak dalam persaingan bebas. 

Keluarga yang bisa membayar berbagai fasilitas tambahan –termasuk bayar kursus-kursus– dapat memastikan anak-anak mereka memperoleh pendidikan yang bermutu di sekolah-sekolah unggulan. 

Sebaliknya, keluarga miskin hanya sanggup mengirim anak mereka ke sekolah-sekolah yang belum memenuhi standar pendidikan.

Isi kurikulum dibuat standar untuk menjinakkan potensi keberagaman yang sebenarnya niscaya. Conscientizacao (proses penyadaran) sebagai sebuah proses untuk menjadi siswa yang selengkapnya hanya berimbas pada kesadaran magis, menanjak sedikit pada kesadaran naif, tetapi masih jauh dari kritis. 

Dalam sistem liberalisme, dialog menjadi sulit karena faktor kesetaraan sangat minim, kekuasaan modal sosial dan ekonomi telah menggerus sejak dari kesadaran pelaku pendidikan.

Pendidikan yang holistik adalah pendidikan yang menyeluruh. Artinya, tidak sekadar memajukan otak, tetapi juga mental. Lingkungan peserta belajar sangat memengaruhi pendidikan mental. 

Kategori :