Mental Elite Liberalisme dalam Pendidikan Indonesia

Sabtu 13-07-2024,23:45 WIB
Oleh: Salim

Semua peserta didik tahu bahwa kejujuran harus dijunjung tinggi. Secara otak, mereka tahu mana yang benar. Masalahnya, dalam praktik sehari-hari, mereka tidak mendapatkan contoh yang sepadan. 

Jumlah ketidakjujuran yang dilihat (atau dialami) terlalu besar sehingga membuat mereka tidak sanggup menerapkannya. Contoh lain adalah urusan taat aturan. 

Apakah peringkat kampus berbanding lurus dengan kualitas pendidikan yang ada di universitas tersebut atau bahkan di Indonesia? 

Jika hanya mengejar agar jurnal masuk Scopus ataupun Sinta melalui proses membeli, peringkat dan prestasi tersebut semu adanya. Mungkin orang tua sudah memberikan lingkungan yang baik agar anak belajar jujur, taat aturan, dan bahkan aturan membuang sampah pada tempatnya. 

Bagaimana dengan orang lain yang berada di sekitar peserta didik? Banyak mahasiswa yang tidak jujur dengan jurnalnya, korupsi merajalela, banyak orang tidak taat aturan lalu lintas, orang masih buang sampah sembarangan. Apakah itu salah sistem pendidikan kita? 

Maukah kita berubah demi masa depan generasi penerus Indonesia?

Salah satu contoh bagaimana sumber daya alam sebagai indikator kesuksesan telah punah adalah salah satu orang terkaya di dunia, yaitu Bill Gates, pada dasarnya bukan tuan tanah, bukan pemilik tambang minyak, bukan pula pemilik tambang emas, bukan industrialis, ataupun diktator yang memiliki tentara yang sangat kuat. 

Untuk kali pertama dalam sejarah umat manusia, manusia terkaya di dunia hanya bermodal knowledge. (*)


Salim adalah dewan Penasihat Kesatuan Pelajar, Pemuda, dan Mahasiswa Pesisir Indonesia dan andidat doktor sumber daya manusia Universitas Airlangga--

 

Kategori :