Di wilayah Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara, dampak kekeringan sudah mulai dirasakan dengan menurunnya sumber air bersih dan kekeringan yang signifikan.
“Jawa Bali Nusa Tenggara ini sudah sangat serius hari tanpa hujan sudah sangat lama kekeringannya juga sudah cukup signifikan,” jelasnya.
Abdul Muhari juga menekankan pentingnya perilaku yang aman di musim kemarau, terutama dalam mencegah kebakaran yang disebabkan oleh aktivitas manusia.
BACA JUGA:Rawan Karhutla, BMKG Lakukan Pemantauan Kondisi Muka Air Lahat Gambut di Kalbar
“Mari kita jaga perilaku, terutama dengan tidak membuang puntung rokok sembarangan di timbulan sampah pada kondisi kering seperti ini” tuturnya.
Ia mengingatkan bahwa kebiasaan kecil yang tidak bertanggung jawab dapat memicu kebakaran besar yang merugikan banyak pihak.
Masyarakat di wilayah Sulawesi, Maluku, dan Papua juga diimbau untuk tetap waspada terhadap bencana hidrometeorologi basah seperti banjir dan longsor.
“Untuk wilayah Sulawesi, Maluku, dan Papua, kita masih harus waspada terhadap bencana hidrometeorologi basah seperti banjir dan longsor,” tambah Abdul.
BNPB memastikan akan terus mendukung pemerintah daerah dalam penanganan karhutla dan dampak kekeringan, termasuk dari sisi penegakan hukum untuk mencegah kebakaran yang disebabkan oleh aktivitas manusia.
BACA JUGA:BMKG Gelar Operasi Modifikasi Cuaca Serentak di 5 Provinsi Rawan Karhutla
“Pemerintah pusat akan mendukung pemerintah daerah dari sisi alat, personil, dan anggaran. Kita tidak akan membiarkan mereka bekerja sendiri,” tegasnya.
Dengan dimulainya musim karhutla, BNPB mengajak seluruh elemen masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dan kerjasama dalam mencegah serta mengatasi bencana ini.
Abdul Muhari berharap bahwa dengan upaya bersama, dampak dari kebakaran hutan dan kekeringan bisa diminimalisir.(Ahmad Hanif Musthafa)