Sedekah Jumat Berkah

Jumat 02-08-2024,05:33 WIB
Reporter : Imron Mawardi*
Editor : Yusuf Ridho

BACA JUGA: Bersedekah, Baim Wong Di-Bully

Secara umum, program tersebut tak ubahnya program andalan yang diusung presiden dan wakil presiden terpilih Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. Program makan siang gratis. Yang diperkirakan akan menyedot anggaran Rp 76 triliun setahun. 

Program sedekah Jumat Berkah yang bertumbuhan di mana-mana dan sukses itu sangat wajar. Sebab, di satu sisi banyak masyarakat yang membutuhkan karena banyak penduduk miskin. Di sisi lain, masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang dermawan. 

Lihat saja laporan The World Giving Index (WGI) yang dirilis Charities Aid Foundation (CAF) 2023. Yang menarik, skor Indonesia cukup tinggi, yaitu 68.  Ada tiga kriteria yang dinilai: membantu orang lain, donasi uang, dan menjadi sukarelawan. Yang menarik, skor Indonesia pada donasi uang sangat tinggi, 82. Artinya, orang Indonesia sangat mudah bersedekah.

WGI merupakan laporan tahunan yang diterbitkan CAF. Data dikumpulkan Gallup, lembaga polling di Amerika Serikat (AS). Pada WGI, mereka memeringkat 140 negara di dunia berdasar seberapa dermawan atau ringan tangan mereka.

WGI menggunakan tiga indikator dalam pemeringkatan tingkat kedermawanan. Menyumbang kepada orang asing atau tidak dikenal, menyumbang uang, dan kerelawanan atau menjadi volunter. Dari tiga indikator itu, Indonesia menempati peringkat teratas pada kategori donasi atau menyumbang uang. 

Pada survei, 8 dari 10 orang Indonesia menyumbang uang pada 2023. Di kriteria yang lain, tingkat kerelawanan di Indonesia luar biasa. Lebih dari tiga kali lipat jika dibandingkan dengan rata-rata tingkat kerelawanan dunia. 

Kedermawanan tersebut ternyata tidak linier dengan kesejahteraan. Itu bisa dilihat dari sepuluh negara paling dermawan dalam WGI ini. Setelah Indonesia, ada negara Ukraina yang kini lagi berperang dengan Rusia. Negara miskin di Afrika, Kenya, menjadi nomor tiga paling dermawan. Tiga negara Afrika yang lain juga masuk sepuluh teratas negara paling dermawan, yaitu Liberia (4), Nigeria (9), dan Gambia (11). 

Pandemi ternyata juga membuat banyak warga negara maju kurang peduli dengan orang lain. Amerika Serikat, misalnya, merosot dari peringkat kelima pada 2018 ke peringkat ke-19. Begitu juga Singapura dan Inggris yang tahun ini merosot ke peringkat ke-22 dan ke-26. 

Bahkan, warga di negara maju seperti Jepang memiliki kepedulian yang sangat rendah kepada sesama. Skor Jepang hanya 12, jauh di bawah Indonesia yang 69. Begitu juga Portugal (skor 20), Belgia (21), serta Italia dan Korea Selatan (22). 

Kedermawanan yang tinggi itu sangat penting dan harus disyukuri. Sebab, di tengah keterbatasan kemampuan pemerintah, kedermawanan menjadi begitu penting. Kedermawanan  menjadi modal sosial untuk penanganan masalah-masalah sosial seperti kemiskinan dan pengangguran. Modal sosial itu menjadi kekuatan warga.  Kedermawanan yang sering disebut filantropi akan membantu pemerintah dalam mengusahakan kesejahteraan masyarakat. 

Agar efektif, kedermawanan itu perlu diorganisasi menjadi filantropi modern dalam jangka panjang. Bukan filantropi tradisional yang bersifat individual. Yang kadang lebih didasari belas kasihan dan sekadar pemberian bantuan kepada si miskin. Yang seringkali ditumpangi kepentingan untuk menaikkan kelasnya di mata publik.  Kita harapkan filantropi itu nanti menjadi modal sosial untuk memperbaiki tatanan keadilan ekonomi. (*) 

*) Imron Mawardi adalah dosen ekonomi syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga.

 

 

 

Kategori :