Sebuah poster protes yang kemudian viral berbunyi ”Dipisahkan qunut, disatukan tambang”. Poster itu menyindir Muhammadiyah yang selama ini beda dengan NU (Nahdlatul Ulama) dalam pelaksanaan kunut dalam salat Subuh.
Perbedaan itu dianggap sebagai masalah furu’iyah, tetapi menjadi garis demarkasi yang memisahkan Muhammadiyah dengan NU. Namun, perbedaan itu ternyata bisa disatukan oleh konsesi tambang, yang sama-sama diterima NU dan Muhammadiyah.
Keputusan sudah diambil. Muhammadiyah berada pada titik point of no return, ’tidak bakal balik kucing lagi’. Muhammadiyah tidak menggubris suara-suara kritis itu. Muhammadiyah mengambil sikap seperti tiga monyet, ”see no evil, hear no evil, speak no evil”, tutup mata, tutup telinga, dan tutup mulut. (*)
*) Dosen ilmu komunikasi Unitomo, Surabaya.