Program Makan Siang Gratis dan Pemberdayaan UMKM

Sabtu 10-08-2024,16:47 WIB
Oleh: Sukarijanto*

Alangkah sayang potensi UMKM yang demikian prospektif diabaikan begitu saja tanpa diberdayakan. 

Mengutip data Kementerian Koperasi dan UKM, sebagai gambaran, rasio kewirausahaan Indonesia saat ini baru 3,47 persen dari jumlah penduduk. Angka itu masih lebih rendah bila dibandingkan dengan negara tetangga. 

Padahal, Singapura yang berpopulasi sangat kecil, rasionya sudah mencapai 8,5 persen, Malaysia 4,5 persen, dan Thailand dengan jumlah yang hampir sama dengan Malaysia. 

Namun, hal lain yang menggembirakan adalah tingkat penyerapan tenaga kerja di sektor itu. Adapun daya serap tenaga kerja UMKM sekitar 117 juta pekerja (97 persen), lebih tinggi bila dibandingkan dengan negara lain seperti Thailand 85,5 persen; Korea Selatan 83,1 persen; Jerman 79 persen; Singapura 71,4 persen; Pakistan 70 persen; Jepang 70 persen; dan Malaysia 66,2 persen. 

BACA JUGA: Wapres: Belum Ada Kejelasan Terkait Penggunaan Dana BOS untuk Program Makan Siang Gratis

BACA JUGA: Gerindra Usul Program Makan Siang Gratis Masuk Kurikulum Merdeka Belajar

POLITIK KEBERPIHAKAN

Sebenarnya program makan siang gratis untuk siswa sekolah bukanlah barang baru, melainkan sudah banyak diterapkan di sejumlah negara. Program itu memiliki tujuan mendukung gizi sekaligus menjaga daya tahan anak ketika belajar di sekolah. 

Karena itu, menu yang disajikan pun harus bisa memenuhi kebutuhan gizi anak. Program tersebut dinilai telah terbukti berhasil diterapkan di sejumlah negara maju dan dilaporkan banyak peningkatan dari segi gizi dan sumber daya manusia. 

Negara-negara yang sudah menerapkan program makan siang gratis untuk anak sekolah adalah, pertama, Amerika Serikat (AS). Negeri Paman Sam merupakan negara pertama di dunia yang memberlakukan makan siang gratis bagi anak sekolah. 

Sebelum dijalankan pemerintah, program makan siang gratis di sekolah telah digagas lembaga swadaya masyarakat (LSM) pada akhir abad ke-19. Women’s Educational and Industrial Union dan The Starr Center Association awalnya menerapkan program itu di dua kota, yakni Philadelphia dan Boston. 

Pada tahun pertama penerapannya, program tersebut sudah menjangkau 7,1 juta anak sekolah. Berkat inisiasi LSM tersebut, program makan siang gratis melahirkan efek berganda dan penguatan pada sektor-sektor informal lainnya, yang secara beruntun menghidupkan kutub pertumbuhan ekonomi yang dinamis di dua kota tersebut. 

Kedua, Korea Selatan (Korsel). Korsel menerapkan program makan siang sejak 1953. Program itu kemudian disahkan dalam Undang-Undang Makanan Sekolah pada 1981. Pemerintah Korsel mewajibkan setiap sekolah menyediakan makan siang bagi para siswa dengan makanan yang bergizi. 

Ketiga, Brasil. Program makanan gratis untuk anak sekolah di Brasil sudah ada sejak 1940-an. Program itu awalnya hanya diberikan untuk anak-anak dari keluarga miskin, kemudian diperluas menjadi untuk seluruh siswa sekolah mulai 2009. 

Program yang telah menjangkau sekitar 40 juta anak itu melibatkan sekitar 8.000 ahli gizi untuk merancang menu makanan dan terbukti mampu meningkatkan gizi anak dan membantu mengatasi obesitas di Brasil. Program makan siang gratis tersebut juga mewajibkan 30 persen makanan yang disajikan berasal dari UMKM peternakan keluarga lokal di sekitar sekolah. 

Keempat, India. India mulai menerapkan program makan siang gratis pada 1995. Program itu dibuat untuk menekan angka tengkes serta meningkatkan partisipasi dan kehadiran siswa di sekolah. India menganggarkan sekitar USD 2,8 miliar (sekitar Rp 43,83 triliun) tiap tahun untuk program makan siang gratis. 

Kategori :