Gen Z yang Pemberang

Kamis 22-08-2024,14:57 WIB
Oleh: Djono W. Oesman

Mungkin Anda berpikir, ”Ia cemburu karena ia mencintaiku.” Atau: ”Ia hanya menamparku untuk menunjukkan sikap jantannya.” 

Atau, ”Ia tidak akan mencintaiku jika aku tidak melakukan semua yang ia inginkan, pada saat ia menginginkannya.” Atau: ”Untuk menunjukkan cintaku, aku ingin menghabiskan setiap waktu luang bersamanya.”

Rentetan kalimat contoh itu ada di dalam pikiran sebagian orang dewasa muda. Akibatnya, pelecehan, bahkan KDRT, berlangsung terus-menerus.

Teori American Psychology itu cocok dengan kasus penganiayaan Alya oleh Bintang. Terbukti, meski Alya sudah dianiaya Bintang begitu rupa, semula pihak keluarga Alya menawarkan damai kepada Bintang. Itu luar biasa baik. Logikanya, semestinya Bintang yang menawarkan damai. Ini malah sebaliknya.

Lalu, sebagaimana karakter alamiah manusia, jika pihak lawan dinilai ”lemah”, serangan lebih digencarkan: Bintang menyerang Alya lebih dahsyat. Bintang mengancam hendak memolisikan Alya yang menyebarkan video CCTV itu. 

Di sinilah terjadi ledakan. Keluarga Alya memolisikan Bintang meski kejadiannya sudah lewat dari dua bulan. 

Mungkin, dari sikap Bintang itu pula polisi memutuskan Bintang ditahan. Meskipun, berdasar KUHAP, tersangka yang wajib ditahan adalah yang ancaman hukumannya lima tahun penjara ke atas. Sedangkan Bintang diancam maksimal hukuman 2 tahun 8 bulan penjara. 

Tapi, berdasar KUHAP juga, disebutkan: ”Penyidik punya hak subjektif menahan tersangka meskipun ancaman hukuman tidak sampai segitu. (*)

 

Kategori :