Topan Shanshan Berubah Badai Tropis, Ganggu Transportasi di Jepang

Senin 02-09-2024,13:45 WIB
Reporter : Doan Widhiandono
Editor : Noor Arief Prasetyo

HARIAN DISWAY - Topan Shanshan yang sebelumnya dahsyat kini telah berubah menjadi badai tropis. Namun, fenomena cuaca itu masih mengganggu penerbangan dan kereta api di Jepang pada Sabtu, 31 Agustus 2024. Otoritas setempat pun masih memperingatkan potensi longsor akibat hujan lebat.

Ketika mendarat pada Kamis, 29 Agustus 2024, Shanshan menjadi salah satu topan terkuat yang menghantam Jepang dalam beberapa dekade terakhir. Ia menghantam Pulau Kyushu dengan angin dengan kecepatan 252 kilometer per jam. Tapi, angin itu kini sudah menjadi sekitar 90 kilometer per jam.

Topan itu telah menewaskan sedikitnya enam orang dan melukai lebih dari 120 orang. Itulah data dari Badan Manajemen Kebakaran dan Bencana Jepang.

Setelah turun status menjadi badai tropis, Shanshan kini berada di lepas pantai wilayah Wakayama barat dan terus bergerak ke timur.

BACA JUGA:Jepang Songsong Topan Terkuat, Ribuan Orang Diimbau Mengungsi

BACA JUGA:Jepang Desak Jutaan Orang untuk Mengungsi karena Topan Shanshan

Karena itu, penerbangan masih cukup riskan. All Nippon Airways (ANA) dan Japan Airlines membatalkan sekitar 60 penerbangan domestik pada Sabtu. Akibatnya, lebih dari 7.200 penumpang yang kena dampak.

Kereta peluru Shinkansen di kota Nagoya juga dihentikan sementara.


DUA PENUMPANG melewati jalur tiket kereta Shinkansen yang tutup di Stasiun Tokyo, Sabtu, 31 Agustus 2024.-PHILIP FONG-AFP-

“Harap tetap waspada terhadap potensi longsor, banjir, dan luapan sungai,” bunyi peringatan Badan Meteorologi Jepang.

Sebuah kota di wilayah Gifu tengah mengeluarkan peringatan evakuasi tertinggi untuk 2.000 penduduknya yang tinggal di dekat sungai yang meluap. Sementara beberapa kota di Hokkaido utara mengalami hujan lebat.

Lebih dari 32 ribu rumah tangga di wilayah Kagoshima selatan, tempat Shanshan mendarat pada Kamis, masih mengalami pemadaman listrik.

BACA JUGA:Otoritas Jepang Cabut Peringatan Gempa Dahsyat

BACA JUGA:Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida Umumkan Pengunduran Diri dari LDP

Para ilmuwan mengatakan, perubahan iklim meningkatkan risiko hujan lebat di Jepang dan negara lainnya. Sebab, atmosfer yang lebih hangat menampung lebih banyak uap air.

Kategori :