PM Jepang Sanae Takaichi dan Ilusi Kebijakan Pro-Perempuan
ILUSTRASI PM Jepang Sanae Takaichi dan Ilusi Kebijakan Pro-Perempuan.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
MENJADI perdana menteri perempuan pertama Jepang tak otomatis menjadikan Sanae Takaichi pembawa kesetaraan. Di balik kebijakan yang tampak pro-perempuan, negara justru meneguhkan kendali atas tubuh dan peran domestik perempuan.
Sanae Takaichi menjadi sosok politikus perempuan yang belakangan ini menghiasi pemberitaan media Jepang maupun internasional.
Semenjak terpilih menjadi presiden (ketua partai) LDP pada 4 Oktober dan akhirnya sah menjadi perdana menteri Jepang pada 21 Oktober lalu, Takaichi dianggap mampu mendobrak dinding pemerintahan yang selama ini selalu didominasi laki-laki.
BACA JUGA:Sanae Takaichi, Perempuan Pertama yang Segera Jadi Perdana Menteri Jepang
BACA JUGA:Industri Anime Jepang Serang OpenAI: Sora 2 Gunakan Karya Tanpa Izin
Takaichi juga berhasil membuktikan bahwa kerja keras yang dilakukannya selama ini membuahkan hasil yang manis.
Perjalanan karier politik perempuan tegas dengan etos kerja yang kuat itu tertuang dalam sebuah artikel di sebuah media online yang berjudul One Glass Ceiling at a Time: Sanae Takaichi Becomes President of Japan’s LDP.
Penulisnya, akademisi Emma Dalton, menyebutkan bahwa Takaichi kali pertama terpilih sebagai anggota badan legislatif Jepang tahun 1993, bergabung dengan Partai LDP pada 1996, dan berhasil membangun reputasi sebagai ahli kebijakan, pekerja keras, serta politikus yang dapat dipercaya.
BACA JUGA:Prabowo Terima Ucapan Selamat dari PM Jepang
BACA JUGA:PM Jepang Ucapkan Selamat kepada Prabowo
Tahun 2014 Takaichi menjadi perempuan pertama yang menjabat menteri urusan dalam negeri dan komunikasi. Dia juga pernah menjabat menteri keamanan ekonomi. Menurutnya, Takaichi sudah mulai mencalonkan diri untuk menjadi ketua LDP pada 2021 dan akhirnya terpilih pada 2025.
Puncak dari pencapaian politiknya adalah menjadi perdana menteri Jepang ke-103 sekaligus mengukir sejarah menjadi perdana menteri perempuan pertama di Jepang.
Hadirnya Takaichi sebagai figur pemimpin perempuan seakan membawa harapan baru bagi kesetaraan gender di Jepang.
Apalagi, Global Gender Gap Report 2025 yang dirilis World Economic Forum mencatat Jepang berada di peringkat ke-118 dari 148 negara dalam hal kesetaraan gender –posisi yang hampir tidak pernah naik secara signifikan selama bertahun-tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: