Industri Anime Jepang Serang OpenAI: Sora 2 Gunakan Karya Tanpa Izin

Industri Anime Jepang Serang OpenAI: Sora 2 Gunakan Karya Tanpa Izin

Salah satu video buatan AI Sora2 yang menggunakan anime dan begitu ditentang oleh Jepang. --youtube

HARIAN DISWAY – Dunia anime dan manga Jepang sedang geram terhadap kecerdasan buatan (AI). Jumat lalu delapan belas penerbit besar negeri sakura kompak menantang OpenAI. Perusahaan teknologi asal Amerika Serikat yang menciptakan Sora2. Protes itu dilayangkan karena Sora 2 dianggap melanggar hak cipta karya.

Bahkan nama-nama besar seperti Kodansha, Shogakukan, Kadokawa, hingga Square Enix ikut menandatangani pernyataan bersama. Mereka menuduh sistem Sora2 menghasilkan video dan audio yang sangat menyerupai karya asli dari para kreator Jepang.

Menurut mereka, ini bukan sekadar kemiripan saja. Melainkan ada hasil pelatihan AI yang memanfaatkan karya-karya tersebut tanpa izin.

Mereka menganggap bahwa sistem pelatihan Sora2 kelewatan batas. Produk AI OpenAI itu menerapkan skema pelatihan opt-out. Yang berarti karya siapa pun bisa digunakan untuk pelatihan AI sampai pemiliknya secara eksplisit meminta untuk dihapus.

BACA JUGA:Sora 2, Revolusi Video AI yang Mampu Hidupkan Video dengan Detail Menakjubkan

BACA JUGA:Rekomendasi AI untuk Merangkum Video Youtube


OpenAI menambahkan aplikasi pembuatan video yaitu Sora 2 yang bisa membuat video menggunakan berbagai karakter anime. --nbmao

Di Jepang, hal itu dianggap bertentangan dengan hukum hak cipta mereka. Yang secara otomatis melindungi setiap karya begitu diciptakan. Artinya, tanpa izin eksplisit, penggunaan materi tersebut bisa dikategorikan sebagai pelanggaran.

Asosiasi Distribusi Konten Luar Negeri Jepang (CODA) pun turun tangan. Mereka mendesak OpenAI untuk menghentikan penggunaan karya para anggotanya tanpa persetujuan tertulis. Serta menuntut transparansi dalam data pelatihan.

Tentunya CODA meminta OpenAI untuk mengubah sistem pelatihan AI-nya menjadi opt-in. Agar pemilik karya bisa menentukan sendiri apakah ingin berpartisipasi atau tidak. CODA juga menegaskan pentingnya kompensasi bagi para kreator yang karyanya digunakan dalam pelatihan AI.

Namun meski pernyataan mereka keras, CODA tidak menolak kemajuan AI. Mereka hanya menolak kemajuan yang berdiri di atas pelanggaran hak cipta. Jika tuntutan ini diabaikan, asosiasi itu siap menempuh jalur hukum.

BACA JUGA:Adobe MAX Tawarkan Segudang Pembaruan, Apakah Lebih Baik Ketimbang Pesaing?

BACA JUGA:Meta Akan Gunakan Percakapan AI untuk Beriklan Mulai 16 Desember 2025

Langkah ini bukan kali pertama Jepang bersuara keras terhadap OpenAI. Beberapa minggu sebelum protes 18 perusahaan ini, pemerintah Jepang melalui Kantor Strategi Kekayaan Intelektual juga meminta OpenAI untuk menahan diri dari pelanggaran hak cipta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: