Benarkah Seoul Menjadi Alasan Daerah Pedesaan Semakin Sepi?

Senin 02-09-2024,15:43 WIB
Reporter : Tri Septi Hari Nikita*
Editor : Noor Arief Prasetyo

Pendidikan juga merupakan pendorong utama migrasi internal di Korea Selatan. Tahun lalu, tercatat 92.000 orang pindah ke Seoul karena alasan akademis.

Salah satunya Universitas Nasional Seoul, Universitas Korea dan Universitas Yonsei yang berada di ibu kota. Di tahun 2015-2021, kaum muda berusia 15 hingga 34 tahun menyumbang 78,5 persen dari migrasi internal ke wilayah Seoul yang lebih besar. Bahkan mereka yang lulus dari daerah pedesaan memiliki sedikit insentif untuk tetap tinggal karena terbatasnya kesempatan kerja.

“Secara geografis, Seoul dan orang-orang Seoul menyedot semua hal yang baik dari seluruh wilayah Korea. Kita harus mengubah dasar-dasar sistem sosial untuk perempuan, kondisi kerja, fasilitas pendidikan dan sebagainya,” kata Kim Seiwan, seorang profesor ekonomi di Ewha Womans University. Menurutnya, tidak hanya daerah pedesaan yang berjuang untuk mengatasinya, tetapi pemerintah daerah juga tidak memiliki sarana untuk mendanai infrastruktur dan layanan secara memadai karena pendapatan pajak yang tidak mencukupi.

BACA JUGA:Pernikahan Anak di Jatim Masih Tinggi

Namun, ada secercah harapan dengan warga kota yang pindah ke pedesaan, mengikuti tren yang dikenal sebagai “kwichon”.

Park Young-ja, misalnya. Ia ke provinsi Chungcheongbuk 15 tahun yang lalu. “Anda tidak bisa mengikuti harga rumah di kota, kerja dari subuh hingga larut malam. Anda pulang ke rumah pada pukul 11 malam (atau) tengah malam, dengan kemacetan lalu lintas dan segalanya,” ujarnya seperti yang dilansir dari CNA.

Pemerintah telah membentuk kementerian perencanaan dan strategi kependudukan untuk mengatasi rendahnya angka kelahiran dan populasi yang menua. Berbagai proyek juga telah diajukan untuk meningkatkan pariwisata, menarik perusahaan, merenovasi rumah-rumah tua dan membangun fasilitas pendidikan.

Selain itu, pemerintah juga telah mengalokasikan 1 triliun won atau sekitar 11 triliun rupiah per tahun selama 10 tahun untuk merevitalisasi daerah-daerah yang tidak berpenghuni dan menarik kaum muda untuk tinggal dan bekerja di sana.

BACA JUGA:India Salip Tiongkok Jadi Negara Berpenduduk Terbanyak di Dunia

*mahasiswa Politeknik Negeri Malang, peserta Magang Regular di Harian Disway

Kategori :