Mereka menunjukkan kebersamaan yang luar biasa sebagai warga Indonesia dan murid Kristus. Puncaknya saat perayaan misa. Mereka bersorak senada: Viva Il Papa! Saat mobil Maung Putih buatan PT Pindad memasuki Stadion Utama Gelora Bung Karno.
Teriakan haru bercampur bahagia mereka menyimbolkan bahwa mereka tak menyangka bisa menyaksikan langsung Sang Gembala Umat Katolik Sedunia. Bapa Suci membalas sambutan mereka dengan senyum ramah dan lambaian tangan.
BACA JUGA:Viva Il Papa! Viva Il Papa…! Wajah Kebinekaan Hiasi Katedral Jakarta Saat Paus Fransiskus Tiba
Bahkan beberapa dari mereka menangis saat melihat kerendahan hati Paus Fransiskus untuk menjamah dan memberkati beberapa anak. Paus berusia 87 tahun itu menunjukkan bahwa cinta kasih harus selalu ditularkan kepada siapa pun dan di mana pun.
“Bapa Paus benar-benar menunjukkan kesederhanaannya. Kalau saya lihat Bapa Paus benar-benar menjalankan perintah Yesus yang berbunyi: Biar anak-anak datang kepada-Ku. Jadi anak-anak seperti diberi ruang khusus,” ujar Bekti Wacono, umat asal Paroki Santo Matius Penginjil, Bintaro.
Setelah menyapa umat dengan berkeliling, Bapa Suci bersiap untuk memulai misa. Suasana berubah menjadi khidmat, karena Silentium. Waktu khusus yang biasa digunakan Seminaris (calon Romo) untuk menyiapkan hati sebelum memulai misa.
Kemudian, misa dimulai. Misa berlangsung dengan dua bahasa. Yakni Italia dan Indonesia. Umat dengan khidmat mengikuti misa langka ini. Mereka bisa menerima Tubuh dan Darah Kristus di hadapan penerus-Nya, yakni Paus Fransiskus.
BACA JUGA:Paus Fransiskus Beri Salam Hangat kepada Presiden Terpilih Prabowo Subianto
BACA JUGA:Sederhananya Paus Fransiskus, Kenakan Jam Tangan Murah Casio seri MQ24-7B2
“Saya senang dan terharu. Karena misa langsung dipimpin oleh Bapa Paus adalah cita-cita saya sejak kecil. Jadi, seperti dream come true,” terang Bekti.
“Ada berbagai umat yang hadir dari berbagai daerah di Indonesia, menjadi bukti antusias dan kerinduan umat akan kedatangan Paus ke Indonesia. Karena yang terakhir 35 tahun lalu. Jadi, ini bisa dibilang pestanya orang Katolik,” sambungnya.
Salah satu momen yang paling membekas adalah saat Salam Damai. Umat saling bertukar senyum satu sama lain. Meski tangan mereka mengatup, bisa dirasakan senyum tulus mereka seperti memeluk saudara yang berada di kanan-kirinya.
Setelah Perayaan misa selesai, Lyodra Ginting menutupnya dengan membawakan lagu The Prayer. Suaranya begitu merdu dan mendinginkan hati. Pas dengan makna lagu yang dibawakannya, yakni tentang perdamaian dunia. (*)