Transformasi Pendidikan Indonesia: Integrasi AI dalam Pendidikan

Jumat 06-09-2024,17:11 WIB
Oleh: Suko Widodo*

BACA JUGA: Tantangan Etika dan Identitas dalam Pendidikan

Namun, dunia saat ini tidaklah sama dengan dua dekade lalu. Kemajuan dan perkembangan teknologi yang akseleratif menisbikan batas-batas geografi. Ia meruntuhkan sekat-sekat dan batasan-batasan geografis. 

Menggunakan tes PISA dari laporan yang sama, OECD 2022, menurunnya skor tes PISA tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi secara global, rerata skor tes PISA mengalami penurunan yang signifikan dan cukup tajam dibandingkan dua dekade lalu. 

Pengamatan kritis semacam itu sangat diperlukan untuk mengungkap masalah yang dihadapi dunia pendidikan secara global. Setali tiga uang dengan beban administratif tenaga pendidik, sebagaimana dituliskan Riduan Situmorang. 

BACA JUGA: Kebijakan Pendidikan setelah Pemilu 2024

BACA JUGA: Efek Karambol Kapitalisme Dunia Kesehatan dan Pendidikan

Ia tidak hanya dihadapi Indonesia. Sebuah survei di Amerika Serikat (AS) menunjukkan bahwa dari 54 jam kerja guru di AS selama seminggu, hanya 46 persen dari waktu tersebut yang terpakai untuk mengajar. 

Sisanya adalah mengerjakan tugas-tugas administratif (WEF, 2024). Demikian halnya juga terjadi pada rata-rata negara OECD.

INTEGRASI AI DALAM PENDIDIKAN

Integrasi AI dalam dunia pendidikan bukanlah memanfaatkan AI secara sederhana saja. Melainkan, memanfaatkannya pada proses-proses yang menjadi bagian dari rantai pendidikan, dengan kebutuhan akhirnya mengurangi beban tenaga pendidik. 

Dengan demikian, tenaga pendidik mempunyai waktu dan energi untuk fokus pada interaksi pembelajaran dengan masing-masing muridnya. Sebab, satu hal yang pasti: AI sudah hadir dan dengan sangat cepat terus berkembang. Dan, ia mungkin akan menetap. Mengintegrasikannya, termasuk dalam sektor pendidikan, bisa jadi adalah keniscayaan tak terhindarkan. 

Menilik laporan yang diterbitkan World Economic Forum, 2024, tercatat empat potensi signifikan pemanfaatan AI untuk menangani disrupsi teknologi di sektor pendidikan. 

Pertama, untuk mendukung peran guru, khususnya mengurangi beban pada pekerjaan-pekerjaan yang sifatnya rutin atau berulang. Data statistik menunjukkan, 20 persen tugas guru digunakan untuk tugas yang bersifat klerikal dan administratif seperti mengurusi absensi, pendaftaran, dan input data. Aktivitas semacam itu bisa diotomasi dengan memanfaatkan AI. 

Kedua, membantu asesmen dan analisis dalam pelaksanaan pendidikan. Melakukan analisis pada proses evaluasi dan asesmen juga menyita waktu tenaga pendidik. AI bisa diprogram melakukan analisis asesmen dan evaluasi dengan definisi proses dan variabel asesmen dan evaluasi yang dibuat oleh tenaga pendidik. 

Lebih jauh, apabila AI diimplementasikan dari awal pembelajaran, adopsi gamifikasi bisa dipertimbangkan. Dengan demikian, AI juga secara otomatis mengumpulkan data progres anak didik. Metode itu bisa menggantikan asesmen konvensional menjadi asesmen dinamis dengan analisis real-time

Ketiga, mengenalkan literasi digital dan AI, di mana literasi itu lebih dari sekadar mampu menggunakan teknologi digital dan AI. Melainkan, ia harus mampu menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah, mengembangkan kreativitas dengan tetap menyadari sepenuhnya masalah etis dan pengaruh negatif yang ditimbulkannya. 

Kategori :