Tantangan Etika dan Identitas dalam Pendidikan

Tantangan Etika dan Identitas dalam Pendidikan

Hari Pendidikan Nasional 2024 dan Ki Hadjar Dewantara-Sejarah serta makna Pendidikan dalam kerangka Tut Wuri Handayaniyani-Kemdikbud/Balai Pelestarian Cagar Budaya DIY

HARI BURUH dan Hari Pendidikan adalah dua perayaan yang memiliki signifikansi yang berbeda, tetapi sama-sama penting dalam konteks sosial dan ekonomi masyarakat. 

Hari Buruh yang juga dikenal sebagai Hari Pekerja biasanya diperingati untuk menghormati perjuangan dan pencapaian gerakan buruh dalam memperjuangkan hak-hak pekerja di seluruh dunia. 

Itu adalah kesempatan untuk merayakan kontribusi pekerja terhadap kemajuan ekonomi, sosial, dan politik suatu negara. 

BACA JUGA: Mengenal Sejarah Hari Pendidikan Nasional dan Sosok Ki Hajar Dewantara

Hari Buruh memicu refleksi tentang kondisi kerja saat ini, perjuangan pekerja yang masih berlangsung, dan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja di masa depan. 

Dalam era globalisasi dan ketidakpastian ekonomi, perayaan itu menjadi lebih penting daripada sebelumnya. Sebab, menyoroti pentingnya perlindungan tenaga kerja, upah yang adil, kondisi kerja yang aman, dan hak-hak manusia dasar bagi semua pekerja.

Di sisi lain, Hari Pendidikan adalah peringatan yang dirancang untuk menghargai peran penting pendidikan dalam pembangunan individu dan masyarakat. 

BACA JUGA: Refleksi Hari Pendidikan Nasional: Ki Hadjar Dewantara dan Hak Rakyat atas Pendidikan

Itu adalah momen untuk menekankan pentingnya investasi dalam pendidikan, mempromosikan kesetaraan akses terhadap pendidikan berkualitas, serta memperingatkan akan tantangan dan peluang dalam sistem pendidikan. 

Hari Pendidikan juga merupakan kesempatan untuk menghargai para pendidik yang berdedikasi dan menginspirasi serta untuk menyoroti perlunya terus-menerus meningkatkan standar pendidikan agar setiap individu memiliki kesempatan yang setara untuk mengembangkan potensinya.

Korelasi yang menarik antara nasib pendidik dan buruh adalah keduanya sering mengalami perlakuan yang tidak proporsional dalam lingkungan kerja mereka, terutama terkait dengan perlakuan dan penghargaan dari pihak pimpinan atau manajemen.

BACA JUGA: Aneka Kebudayaan Disajikan di Karnaval Hari Pendidikan Nasional di Kota Pasuruan

Pendekatan ”kurang enak” itu juga tecermin dalam tunjangan minim atau bahkan tidak ada yang diberikan kepada karyawan. 

Meski karyawan diajak berpikir untuk bersyukur atas gaji yang mereka terima serta doktrin sulitnya mendapatkan pekerjaan, kenyataannya, tidak adanya tunjangan atau asuransi yang disediakan perusahaan merupakan kenyataan yang sulit dihadapi. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: