“Electoral college menguntungkan tiket Partai Republik. Bahkan pada tahun 2020, ketika pasangan Biden-Harris memenangkan lebih banyak suara daripada pasangan mana pun dalam sejarah, pemilihan tersebut hanya selisih sekitar 45.000 suara di seluruh negara bagian yang menjadi medan pertempuran. November ini, kami mengantisipasi margin yang sama tipisnya. Setiap suara akan dihitung,” lanjutnya.
BACA JUGA:Barack Obama Puji Habis Kamala Harris, Serang Donald Trump di Konvensi Demokrat
Dalam jajak pendapat CBS, Harris menikmati keunggulan dua digit atas Trump ketika para pemilih ditanyai siapa yang memiliki kesehatan mental dan kognitif untuk menjabat sebagai presiden.
71% tidak menyukai komentar Trump tentang Harris dan menganggapnya sebagai sebuah penghinaan.
Calon Presiden dari Partai Republik AS dan mantan Presiden Donald Trump berpidato di perbatasan AS-Meksiko pada 22 Agustus 2024 di sebelah selatan Sierra Vista, Arizona.--getty images
Namun, ekonomi dan inflasi terbukti menjadi faktor utama dalam niat pemilih untuk mendukung Trump daripada Harris.
Di antara para pemilih kulit putih dan tidak berpendidikan tinggi, Trump secara luas disukai untuk memberikan kesempatan ekonomi bagi masyarakat kelas pekerja (53%-27%).
Jajak pendapat di tujuh negara bagian utama kemungkinan besar akan menentukan pemenang pemilu. Dalam jajak pendapat terbaru, Harris unggul tipis atas Trump di Wisconsin (50%-47%), Michigan (49%-47%) dan Pennsylvania (49%-48%).
Sementara jajak pendapat dari NYT/Siena yang hanya berfokus pada negara-negara bagian utama tersebut bulan lalu menunjukkan bahwa Harris memimpin Trump dengan selisih empat poin persentase, 50% berbanding 46%.
BACA JUGA:Donald Trump Posting Gambar Deepfake AI Berisi Dukungan Taylor Swift
*Mahasiswa Politeknik Negeri Malang, peserta Magang Regular di Harian Disway