HARIAN DISWAY - Setiap tanggal 11 September, Indonesia memperingati Hari Radio Nasional atau HUT Radio Republik Indonesia (RRI). Itu merupakan peringatan lahirnya radio pertama milik Indonesia yang ke-79.
Radio menjadi salah satu media massa pertama di Indonesia dan memainkan peran penting dalam sejarah komunikasi dan penyebaran informasi di tanah air.
Sejak awal kemunculannya, radio telah menjadi alat penting untuk menyebarkan berita, pendidikan, hiburan, serta pesan-pesan kemerdekaan dan nasionalisme kepada masyarakat luas.
Lantas, bagaimana asal mula hadirnya radio di Indonesia dan bagaimana peringatan Hari Radio Nasional ditetapkan? Berikut penjelasannya.
BACA JUGA:Peringati Hari Radio Nasional, Khofifah Nyatakan Radio Harus Bertansformasi ke Ranah Digital
Sejarah Hari Radio Nasional
Asal mula peringatan Hari Radio Nasional bertepatan dengan hadirnya Radio Republik Indonesia (RRI). RRI didirikan satu bulan setelah siaran radio Hoso Kyoku dihentikan pada 19 Agustus 1945.
Pada masa itu, masyarakat mengalami kekosongan informasi dan kebingungan dengan langkah yang harus diambil pasca kemerdekaan Indonesia. Sementara itu, siaran dari radio-radio luar negeri mengabarkan bahwa tentara Inggris yang mewakili Sekutu akan menduduki Jawa dan Sumatera.
Kabar tersebut menyatakan bahwa tentara Inggris akan melucuti tentara Jepang serta menjaga keamanan hingga pemerintahan Belanda bisa kembali berkuasa di Indonesia.
Hal itu menegaskan bahwa Sekutu masih mengakui kedaulatan Belanda atas Indonesia, dan Belanda dikabarkan akan mendirikan pemerintahan bernama Netherlands Indies Civil Administration (NICA).
BACA JUGA:Tur Sejarah, Radio Bekupon Dikira Kotak Pos
Merespons situasi tersebut, sejumlah mantan penyiar radio pada masa penjajahan Jepang menyadari pentingnya radio sebagai alat komunikasi bagi pemerintah Republik Indonesia untuk berhubungan dengan rakyat. Radio dianggap sangat efektif dalam memberikan panduan tentang langkah-langkah yang harus diambil oleh masyarakat.
Kemudian, perwakilan dari delapan bekas stasiun radio Hoso Kyoku mengadakan pertemuan dengan pemerintah di Jakarta. Pada 11 September 1945 pukul 17.00, delegasi radio tersebut berkumpul di bekas gedung Raad Van Indje Pejambon dan diterima oleh Sekretaris Negara.
Abdulrachman Saleh, yang memimpin delegasi, memaparkan rencana utama dalam pertemuan tersebut, termasuk usulan agar pemerintah mendirikan radio sebagai alat komunikasi antara pemerintah dan rakyat, mengingat Sekutu akan mendarat di Jakarta pada akhir September 1945.
BACA JUGA:Radio Pasar untuk Promosi Pedagang