Periincian pintu masuk perampok: 34 persen melalui pintu depan, 22 persen pintu belakang, 23 persen lewat jendela lantai pertama.
Para perampok, setelah masuk dari gerbang depan, lebih suka masuk lewat garasi mobil. Sebab, pintu garasi lebih gampang dibobol daripada pintu utama. Dan, setelah berada di dalam garasi, para perampok leluasa membobol pintu penghubung ke dalam rumah. Saat itu gerakan mereka tak terlihat dari arah depan rumah atau warga di luar rumah.
Setelah proses perampokan berakhir, kata Patterson, jangan sentuh apa pun barang atau lokasi yang sudah disentuh perampok. Karena polisi akan melacak jejak sidik jari atau DNA pelaku, atau berbagai benda, di sekitar titik perampokan.
Umumnya perampok di AS (juga di Indonesia) sudah paham kondisi rumah target rampokan. Entah mereka pernah masuk rumah itu atau sekadar mengamati dari luar rumah atau bekas tukang yang pernah memperbaiki rumah tersebut. Cuma perampok bodoh yang tidak paham situasi kondisi target.
Perampok di Kampung Cimayangsari memilih waktu terbaik, sekitar pukul 03.00. Itu masih lama menuju subuh (waktu setempat pukul 04.27 WIB). Biasanya beberapa menit menjelang subuh, banyak umat Islam keluar rumah menuju masjid untuk salat. Sebaliknya, sudah cukup lama dari waktu orang bergadang yang biasanya sampai sekitar pukul 02.00.
Peringatan polisi agar para perampok menyerah bukan gertakan. Itu perampokan disertai pembunuhan. Polisi selalu bertindak tegas untuk pelaku kriminal jenis itu. Jika pelaku ditembak polisi di tempat pelarian, masyarakat tidak bakal keberatan. Termasuk bagi para aktivis HAM jika keluarga mereka dibunuh perampok.
Tapi, jika cuma penonton, para aktivis itu biasanya protes kalau polisi menembak perampok pembunuh. Alasan mereka: Melanggar HAM. Jadi, aktivis cuma memikirkan diri sendiri dan keluarga mereka. (*)