Magnet Teatrikal Perobekan Bendera Belanda di Surabaya

Minggu 22-09-2024,09:49 WIB
Reporter : Dave Yehosua
Editor : Salman Muhiddin

BACA JUGA:SMAK St Louis 1 Surabaya Gelar Pentas Teatrikal 10 November 1945

Di tengah kekacauan, Panglima Sudirman, diperankan oleh Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, tampil tegas. Ia berusaha bernegosiasi dengan Belanda, tetapi kesombongan mereka tak berujung.

Belanda bahkan menuntut penghormatan terhadap bendera mereka untuk merayakan ulang tahun Ratu Wilhelmina.

Sorakan "Merdeka!" bergema di Tunjungan. Dengan keberanian luar biasa, arek-arek Suroboyo bergerak menuju Hotel Yamato.

Mereka berhasil merobek bagian biru bendera Belanda, menyisakan Merah Putih. Saat itulah, euforia memuncak. Teriakan “Merdeka!” menggema, kepalan tangan terangkat ke udara, mendukung aksi heroik yang menggetarkan jiwa.


Suasana Teatrikal Perobekan Bendera di depan Hotel Majapahit, Jalan Tunjungan Surabaya.-Vincentius Andito Dwijaya Bhakti-Harian Disway -

Saat bendera Merah Putih berkibar, lagu Indonesia Raya mulai terdengar. Seluruh pengunjung—dari anak-anak hingga orang tua—berdiri menghormat, menyanyikan lagu kebangsaan dengan penuh kebanggaan.

Namun, momen itu berubah menjadi haru ketika Haryono, tokoh yang merobek bendera, ditembak di bahu kirinya. Penonton tersentak, terdiam sejenak dalam keheningan.

BACA JUGA:Ayo Ramaikan! Bakal Ada Tiga Aksi Teatrikal Perang di Parade Juang 2023

BACA JUGA:Keragaman Suku dan Ras di Kota Pasuruan Diramu Menjadi Teatrikal Apik

Dengan susah payah, Haryono dibantu turun oleh rekan-rekannya, namun takdir berkata lain, ia gugur. Eri Cahyadi, dalam monolognya, menyampaikan pesan yang menggema, “Bendera Merah Putih Biru ini, dirobek menjadi bendera Merah Putih!”

Monolog itu menggugah hati penonton. Eri Cahyadi mengajak arek-arek Suroboyo untuk selalu berani menjaga kedaulatan bangsa.

Teatrikal pun ditutup dengan flashmob. Lagu-lagu nasionalis kembali dinyanyikan, dan tarian meriah mengakhiri pertunjukan.

Harapannya, semangat patriotisme yang dibangkitkan lewat teatrikal ini tak hanya berhenti di sini, tetapi terus tumbuh di hati generasi muda Indonesia, selamanya mengingat bahwa kemerdekaan yang kita nikmati hari ini adalah hasil dari perjuangan yang tak pernah usai. (*)

Kategori :