Magnet Teatrikal Perobekan Bendera Belanda di Surabaya

Minggu 22-09-2024,09:49 WIB
Reporter : Dave Yehosua
Editor : Salman Muhiddin

Perobekan bendera Belanda di Jalan Tunjungan, sebuah perayaan tahunan yang selalu dinanti. Di bawah langit cerah Surabaya, refleksi sejarah itu mengingatkan kita bahwa kemerdekaan bukanlah hadiah, melainkan hasil perjuangan panjang yang penuh darah dan pengorbanan.

Pagi itu, matahari baru saja naik, menembus lembut kabut di sekitar Tunjungan, namun keramaian sudah mulai tampak. Pukul 7 tepat, beberapa pengunjung mulai berdatangan, Minggu, 22 September 2024.

Anak-anak hadir bersama keluarganya. Sebagian lain datang untuk berolahraga, namun tidak tahan untuk ikut menonton. Semua mata tertuju pada panggung yang disiapkan Pemkot Surabaya, dalam sebuah acara yang menyalakan kembali semangat nasionalisme.

Di panggung teatrikal, terlihat deretan pejabat pemerintah berdiri bersebelahan dengan para veteran.


Keramaian saat teater refleksi perobekan bendera di Tunjungan, 22 September 2024-Moch Sahirol Layeli-

Mereka adalah saksi hidup perjuangan, yang telah dianugerahi Bintang Satya Lencana Saroja dan Trikora/Dwikora.

BACA JUGA:Martcapada, Imajinasi Teatrikal Teater Kusuma dalam Dies Natalies Untag ke-35

BACA JUGA:Gambarkan Perjuangan Arek Suroboyo, Teatrikal Perobekan Bendera Siap Digelar Pada 22 September 2024

Momen ini bukan sekadar peringatan, tetapi penghormatan bagi mereka yang telah berkorban demi berkibarnya Sang Saka Merah Putih di tanah ini.BACA JUGA:SMAK St Louis 1 Surabaya Gelar Pentas Teatrikal 10 November 1945

Suasana semakin khidmat saat Gita Bahana Suara Pelajar mulai menyanyikan lagu-lagu kebanggaan: Putih-Putih Melati dan Rek Ayo Rek.

Nyanyian mereka, seolah membawa pengunjung kembali ke masa lalu, ke tahun-tahun di mana Surabaya menjadi medan perjuangan.

Teatrikal Dimulai: Dari Damai Menjadi Api Perjuangan

Ketika drama dimulai, panggung menggambarkan suasana Surabaya yang tenang dan bersahaja.

Sepeda onthel lalu lalang, gadis-gadis bercengkerama, dan warga yang saling menyapa. Namun, kebahagiaan itu seketika terhapus ketika suara mesin motor KNIL dan teriakan tentara Belanda memecah keheningan.

“Kalian belum merdeka!” teriak salah satu tentara Belanda yang penuh arogansi.

Seolah tak peduli dengan proklamasi, bendera Belanda kembali dikibarkan, memanasnya suasana tak terhindarkan. Arek-arek Suroboyo tak tinggal diam, kebencian mereka pada penjajah mulai membuncah.

BACA JUGA:Pukau Warga dengan Kisah Perjuangan Pelajar, Teatrikal Palagan Gunungsari Tutup JCC dan Festival Peneleh 2024

Kategori :