Menyambut Pemerintahan Baru Prabowo-Gibran (1): Politik: Arisan dan Takdir

Selasa 01-10-2024,14:26 WIB
Oleh: Muhammad Turhan Yani*

Dalam tafsir ayat itu dijelaskan, tidak ada seorang pun yang mampu mengangkat derajat orang lain dan memuliakannya kecuali atas izin-Nya. Pun, tidak ada seorang pun yang mampu menjatuhkan kekuasaan orang lain dan menghinakannya kecuali atas izin-Nya. 

Ayat tersebut menjelaskan tentang kemahakuasaan Allah yang lain di dunia. Maka, dalam konteks kontestasi politik, siapa pun yang dikehendaki atas kekuasaan diyakini itu adalah takdir Tuhan.

Ada hal penting yang perlu dipahami dan disadari bahwa ada kalanya apa yang diusahakan oleh manusia (ikhtiar) tidak berbanding lurus dengan hasil alias gagal atau tidak tercapai apa yang diharapkan. 

Sebaliknya, ada yang diusahakan oleh manusia (ikhtiar) berbanding lurus dengan hasil alias berhasil atau terwujud apa yang diharapkan. Oleh sebab itu, ada ungkapan bahwa hasil tidak akan pernah mengkhianati proses. 

Sebenarnya ungkapan tersebut juga tidak tepat karena proses dan manusia bukan penentu segalanya. Di atas segalanya ada Zat Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. 

Itulah yang disebut takdir Tuhan, yang tidak selalu didasarkan pada parameter manusia.

Dalam konteks pilpres atau pemilihan-pemilihan pemimpin lainnya, sebuah perencanaan dan proses yang matang menurut parameter manusia atau sebaliknya kalau Tuhan belum menakdirkan seseorang menjadi pemimpin, tidak akan pernah terjadi. 

Dan, takdir atas seseorang itu baru diketahui setelah peristiwa (pilpres) terjadi. Sebelum pilpres terjadi, tidak ada yang mengetahui takdir secara pasti siapa yang akan menjadi presiden dan wakil presiden RI dalam Pemilu 2024. 

Dalam konteks ini, jauh sebelum pilpres, tidak ada yang mengetahui bahwa yang akan terpilih sebagai presiden dan wakil presiden dalam Pemilu 2024 adalah Prabowo-Gibran. 

Kalau ada pengamat dan lembaga survei yang membuat suatu kajian atau survei, itu hanya pada level ilmunya manusia. Bisa salah dan bisa juga benar. 

Akan tetapi, semuanya terikat oleh keterbatasan manusia. Oleh karena itu, yang bijaksana adalah apa yang diikhtiarkan manusia setelah berusaha secara maksimal diserahkan sepenuhnya kepada Zat Yang Maha Kuasa. 

Tujuannya, hati dan pikiran menjadi lebih tenang apabila mendapatkan sesuatu, baik sesuatu itu sesuai dengan harapannya maupun yang tidak sesuai dengan harapannya. Sebab, Tuhan lebih mengetahui apa yang terbaik untuk makhluknya.

Kini semua mantan capres-cawapres telah kembali menunjukkan kebijaksanaannya dengan menerima hasil Pilpres 2024. 

Sekalipun, menurut mereka, dalam proses pilpres masih banyak kelemahan yang perlu diperbaiki untuk masa berikutnya agar demokrasi di Indonesia menjadi lebih sehat dan berkualitas. 

Tetap perlu dilakukan perbaikan-perbaikan melalui mekanisme yang tersedia. 

Untuk menunjukkan kebersamaan, semoga mantan capres-cawapres pada Pilpres 2024 pada saat pelantikan presiden dan wakil presiden pada 20 Oktober 2024 juga diundang agar suasana lebih sejuk dan kompak walaupun tanpa harus masuk kabinet pemerintahan Prabowo-Gibran. (*)

Kategori :