HARIAN DISWAY - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani buka suara membahas diflasi 5 bulan beruntun yang terjadi di Indonesia. Menurut Badan Statistik (BPS) mencatat pada September 2024, Indonesia mengalami deflasi sebesar 0,16 persen.
Secara bulanan atau month to month (mtm). Sri Mulyani menanggapi diflasi itu sebagai suatu perkembangan yang positif. “Jadi, kalau deflasi ini, lima bulan terutama dikontribusikan oleh penurunan harga pangan," kata Mulyani.
"itu menurut saya merupakan suatu perkembangan yang positif,” ucap Mulyani kepada wartawan di Kantor Kemenkeu, Jumat, 4 Oktober 2024. Dilihat dari sisi komposisi inflasi, penurunan harga banyak disebabkan oleh volatile food.
BACA JUGA: Jokowi Cek Harga Bapok di Pasar Soponyono, Pastikan Inflasi Pangan Terkendali
“Kalau saya lihat dari sisi perkembangan inflasi, atau tadi disebutkan deflasi 5 bulan berturut-turut, di satu sisi penurunan yang berasal dari volatile food,” lanjutnya.
Menurut Bendahara Negara, penurunan ini merupakan keberhasilan pemerintah dalam mengendalikan volatile food. “Jadi dalam hal ini kita menyikapi sebagai hal positif, terutama juga kalau dari sisi fiskal kan kita menggunakan APBN fiskal," katanya.
"Pertama untuk menstabilkan harga belanja kita untuk makanan dalam hal ini bantuan dalam bentuk bantuan sosial, dalam bentuk pemberian ayam, telur, beras, waktu itu, itu adalah tujuannya untuk menurunkan beban,” terangnya.
BACA JUGA: World Bank Temui Presiden di Istana: Apresiasi Pertumbuhan Ekonomi dan Rendahnya Inflasi
Harga makanan yang stabil rendah memang target pemerintah untuk menarik daya beli masyarakat Indonesia. Akan sangat menguntungkan dalam mengurangi pengeluaran kebutuhan makanan.
“Itu adalah memang hal yang kita harapkan bisa menciptakan level harga makanan di level yang stabil rendah, karena itu baik untuk konsumen di Indonesia yang terutama menengah bahwa mayoritas belanjanya adalah makanan,” terangnya.
Di samping itu, Mulyani mengatakan jika dilihat dari beberapa indikator, daya beli masyarakat masih dalam level yang stabil dan tinggi. “Apakah indeks kepercayaan konsumen, konsumen confidence, atau indeks retail," katanya.
BACA JUGA: Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Stabil di Tengah Gelombang Inflasi Triwulan Pertama 2024
"Atau indeks purchasing mereka, pembelian mereka, kita melihat masih pada level yang stabil dan tinggi. Artinya tidak ada koreksi yang tajam tiba-tiba menurun tajam,” jelasnya.
Mulyani menyinggung beberapa fenomena yang terjadi akibat deflasi ini. Ada dua indikator, kelas menengah turun ke kelas rentan dan kelas rentan bisa naik menjadi kelas menengah. Ada sebagian kelas menengah yang turun kepada kelompok yang rentan.
"Tapi dari kelompok miskin ada yang naik, masuk kepada kelompok yang menjadi aspiring middle. Jadi dalam hal ini kita melihat adanya dua indikator, yang miskin naik, tapi yang kelas menengah turun,” ungkap Mulyani.