Interogasi dan Siksaan Terpidana Kasus Vina Cirebon

Jumat 18-10-2024,15:45 WIB
Reporter : Djono W. Oesman
Editor : Yusuf Ridho

Fallin menunjuk ke tumpukan berkas di meja: ”Lihat, wanita di sana itu, apa yang terjadi? Apakah dia memukul? Apakah dia menamparmu? Apakah pistolmu meledak secara tidak sengaja? Atau apa?”

Newman terkesiap. Tawanya padam seketika. Hening sejenak.

Fallin: ”Kamu tahu? Saya harus punya alasan yang kuat untuk memberi tahu orang-orang bahwa seandainya kamu menembak tidak sengaja. Supaya aku bisa berkata ke mereka, bahwa oleh sebab itulah kamu melakukan.”

”Dia berteriak. Wanita jalang itu tidak mau diam.” 

”Kamu bercanda? Aku tidak menyalahkanmu. Aku paling benci kalau wanita jalang mulai membuka mulut mereka.”

”Dia tidak mau diam. Tidak ada lagi yang bisa aku lakukan.” 

”Aku mengerti itu.” 

”Aku menembaknya tepat di mulut dia.” 

”Aku yakin itu pasti membungkamnya.”

”Memang. Itu membuat dia diam. Saya jamin itu akan membungkam dia.”

”Tapi, kamu menembak dia dua kali.”

”Ya, karena dia pindah, dan aku pikir dia masih hidup, dan aku tidak ingin dia menderita.”

Gemuruh sorak belasan polisi di ruang sebelah tak terdengar di ruang interogasi. Belasan polisi melongo. Heran, begitu gampangnya Fallin membuka mulut si pembunuh.

Jam menunjuk waktu: tiga jam lewat sedikit, proses interogasi sejak Fallin masuk ruangan sampai pengakuan Newman.

Ketika Fallin menyodorkan berkas (semacam BAP) agar Newman tanda tangan, kini Newman tercengang. Beberapa menit ia cuma memandangi berkas itu. Diam tak berkata. 

Fallin: ”Sudahlah kawan… Tanda tangan saja. Kamu pria jantan yang hebat.”

Kategori :