Regenerasi Penonton di Jazz Gunung Burangrang: Saat Balita, Remaja, dan Oma-Opa Bersatu

Minggu 20-10-2024,22:22 WIB
Reporter : Salman Muhiddin
Editor : Salman Muhiddin

Meski baru pertama, venue yang disiapkan mencapai empat titik. Pengunjung diajak berolahraga dengan berpindah-pindah venue. Ada pula venue khusus untuk menikmati live jazz dengan headphone.


Pengunjung Jazz Gunung Burangrang menikmati live jazz dengan headphone.-Salman Muhiddin/Harian Disway-

Yang tak kalah penting adalah mempertahankan musik etnis. Jazz Gunung Burangrang menampilkan Sambasunda, yang sudah lebih dari tiga dekade memperjuangkan musik Sunda. Mereka tampil sebelum Vina Panduwinata di panggung utama.

Saat Vina Panduwinata tampil, Bara, salah satu penonton cilik, mencuri perhatian.  “Burung Camar,” teriaknya, saat Vina menanyakan apakah ada yang request lagu.

Mendengar suara anak kecil itu, Vina langsung memanggilnya ke depan panggung. Ia kagum generasi cilik masih mendengarkan lagu-lagu yang biasanya jadi tembang nostalgia itu. “Ini pasti yang mengajari oma-opanya,” kata Vina setelah mencium Bara.

Setelah Vina, giliran Dul Jaelani yang menjadi magnet penonton remaja. Ia tampil di venue amfiteater. Namun, Dul yang membawakan musik rock Dewa 19 meminta penonton maju ke dekat panggung. Suasana pun pecah saat Dul menyanyikan lagu-lagu hits karya sang ayah, seperti Madu Tiga hingga Kangen.


Jamaah Al Jazziyah berdendang ria saat Vina Panduwinata tampil di Jazz Gunung Burangrang, Sabtu, 19 Oktober 2024.-Salman Muhiddin/Harian Disway-Salman Muhiddin/Harian Disway

Di penghujung acara, Elvy Sukaesih berkolaborasi dengan Bandung Jazz Orchestra, yang mayoritas berisi anak muda. Kolaborasi ini tak hanya tentang usia, tetapi juga menyatukan musik dangdut dan jazz, yang bagi sebagian orang dianggap bagaikan minyak dan air.

Namun, Elvy membuktikan bahwa dangdut masih dicintai anak muda, yang berjoget ria di akhir acara. Suara gendang terdengar begitu padu dengan nada-nada miring alat musik brass dan string.

Jazz Gunung Burangrang bukan sekadar panggung musik, tetapi sebuah jembatan yang menyatukan berbagai generasi dalam harmoni.

Dari anak-anak yang menari riang hingga orang tua yang bernostalgia, jazz di Burangrang membuktikan bahwa musik memiliki kekuatan untuk melampaui batas usia, menyentuh hati, dan merangkul semua dalam satu alunan melodi.

Di bawah kaki Gunung Burangrang yang sejuk, suara jazz bergema, membawa pesan bahwa warisan musik ini akan terus hidup, dari satu generasi ke generasi berikutnya. (*)

Kategori :