Agenda ”hijrahnya” sentrum pemerintahan negara dari Jakarta ke IKN masih terbuka ruang probabilitas, meski selalu diaktualisasi. Kini kekuatan negara tumplek bleg di Jakarta yang berkarakter maskulin, bukan tampil feminin layaknya seorang ibu.
Jakarta sibuk menonjolkan diri dengan gedung-gedung tinggi yang mengabaikan fungsi lindung kawasan. Telaga dan sumur resapan maupun 13 sungainya nyaris ”terlelap” dalam rentang yang panjang. Banjir yang menerjang Jakarta sejak lama dengan dampak yang sangat luas merupakan bukti ibu kota tidak dibangun sebagai seorang ibu.
Kota itu terlalu pulas dimanja gaya ”ayah” dan enggan mengingat sang ”ibu” yang berbasis sungai (water front city). Agenda pengembangan pantai utara Jakarta yang dirancang penuh apartemen dan pergudangan menunjukkan paradigma maskulinisme merasuki jiwa Jakarta makin kokoh.
BACA JUGA:Prabowo Subianto Janji Wujudkan Swasembada Pangan dan Energi dalam Lima Tahun Mendatang
BACA JUGA:Prabowo Singgung Pengusaha Nakal, Kebocoran Anggaran, hingga Maraknya Kasus Korupsi
Saat pelantikan kemarin, 20 Oktober 2024, itu, saya menyaksikan melalui layar televisi sambil menikmati karya novelis peraih Nobel Sastra 1967 asal Guatemala, Miguel Angel Asturias, yang berjudul El Senor Presidente alias Tuan Presiden. Novel itu berlatar karakter kepemimpinan yang otoriter di sebuah negara Amerika Latin.
Seru untuk urusan sengkarut politik lakon politik yang saling intrik. Tapi, bukan itu yang hendak saya ulas dalam menyambut presiden baru, sebuah era yang bagi saya sangat menjanjikan.
Presiden Prabowo tampil penuh senyum menyambut para tokoh-tokoh dunia sebelum dilantik. Agar tidak fokus berpaling ke novel tersebut, saya tetap berpijak pada ajaran leluhur kita tentang kepemimpinan yang dipandu nilai-nilai asta brata.
BACA JUGA:Prabowo Sebut Nama Anies Baswedan Dalam Pidato Pertama Setelah Dilantik
BACA JUGA:Prabowo Subianto Janji Utamakan Kepentingan Rakyat di Atas Segala Kepentingan
Sebagai perenungan, patutlah diingatkan kembali ajaran asta brata (delapan perilaku) seorang pemimpin yang seyogianya memandu laku Presiden Prabowo.
Yaitu, menerangi (laku hambeging candra), tegas (laku hambeging dahana), percaya diri (laku hambeging kartika), berbelas kasih (laku hambeging kisma), teliti (laku hambeging samirana), menampung (laku hambeging samudra), menginspirasi (laku hambeging surya), dan adil (laku hambeging tirta).
Artinya, perhelatan dalam memimpin NKRI wajib dilakukan dengan orientasi yang berpijak pada peradaban bangsa. Falsafah asta brata telah memberikan pesan ke arah mana daulat warga Indonesia hendak disematkan?
BACA JUGA:Pidato Presiden Pertama Prabowo, Targetkan Indonesia Swasembada Pangan dan Energi
BACA JUGA:Prabowo Disambut Tepuk Tangan, Gibran dan Kaesang Disoraki Peserta Paripurna MPR
Saya optimistis menyambut kepemimpinan Presiden Prabowo yang para calon menterinya telah digembleng di Hambalang dengan para pengajar berkelas dunia.