Asta Brata untuk El Senor Presidente Prabowo Subianto

Senin 21-10-2024,08:50 WIB
Oleh: Suparto Wijoyo

Kepemimpinan presiden dan wakil presiden niscaya disorong mengembalikan Indonesia ke jati dirinya sebagai seorang ibu pertiwi yang berarti kasih sayang ibu untuk menampung seluruh anak-anaknya dengan kasih adalah ”jalur hidupnya”. 

Acara makan siang bergizi menarik banyak anak untuk menikmati kecukupan pangan. Untuk itu, keriuhan yang mewarnai Piplres 2024 sejatinya merupakan manifestasi  kerinduan yang disematkan dari relung kekuasaan dan akan dipenuhi dengan makan gizi yang dibutuhkan. 

Dalam konstalasi itulah,  Presiden Prabowo mutlak mengimplementasikan sabda agung Pembukaan UUD 1945: pemimpin yang melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah. Persaingan yang dipuncaki dengan pelantikan presiden dan wakil presiden dengan sumpah harus dapat dirajut dalam persandingan indah warga negara. 

Terhadap hal itu, saya teringat  ungkapan Albert Camus, pemenang penghargaan Nobel Sastra tahun 1957, don’t walk in front of me/I may not follow/Don’t walk behind me/I may not lead/Walk beside me/Our just be my friend. Seluruh warga Jakarta bersaudara bukan?

Masa kompetisi telah dilalui sebagai jalan kelahiran pemimpin yang menuangkan rasa cinta bagi seluruh warga negara. Harapan itu harus terus digelorakan agar presiden memanglah seorang pemimpin negara dengan cintanya sebagaimana seorang ibu kepada anak negerinya. 

Kata Napolean Bonaparte: ”A leader is a dealer in hope”. Menurut Walter Lippmann: ”Leaders are the custodians of a nation’s ideals, of the beliefs it cherisher, of its permanent hopes, of the faith which makes a nation out of mere aggregation of individuals”. 

Untuk itulah, seorang pemimpin tidak akan membiarkan rakyatnya tanpa panduan. Ikrar memimpin dengan adil yang telah bersumpah merupakan forum mengambil prakarsa untuk mengarungi masa depan NKRI yang mencerminkan keanggunan Indonesia. 

Peter Senge dan kawan-kawannya dalam buku The Necessary Revolution berkata terang ”... the future is now”. Kita pun menyadari dengan sungguh-sungguh bahwa membangun Indonesia yang senapas dengan arti kata pemimpin harus diafirmasikan: ”the leadership required to create a regenerative society”. 

Jadilah pemimpin Nasional yang mencahayai warganya, menyemai masa depan dengan penuh harkat, kehormatan, dan martabat. Selamat berbakti untuk Indonesia, Tuan Presiden! (*)

  
*) Suparto Wijoyo adalah guru besar fakultas hukum dan wakil direktur bidang riset, pengabdian masyarakat, digitalisasi, dan internasionalisasi dan pengajar strategic leadership di Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga. 

 

Kategori :