Menurut Kristiyanto, ketahanan PDI Perjuangan sangat dipengaruhi oleh seberapa jauh ideologi tersebut diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari partai. Ketika ideologi partai diinternalisasi dengan baik, itu menciptakan struktur organisasi yang solid dan mengakar.
PDI Perjuangan telah menunjukkan bahwa komitmen terhadap ideologi yang kuat dapat menjadi benteng dalam menghadapi dinamika politik nasional dan internasional.
Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi PDI Perjuangan adalah mengelola guncangan internal seperti konflik dan faksionalisasi yang kerap menghantui partai-partai besar. Berdasar temuan studi, kemampuan partai dalam menyelesaikan konflik internal sangat memengaruhi ketahanan partai.
Proses penentuan calon anggota legislatif, calon kepala daerah, hingga jabatan struktural partai sering kali menjadi sumber konflik. Namun, PDI Perjuangan berhasil menerapkan merit system dalam penyelesaian konflik itu sehingga menghasilkan penilaian yang lebih objektif dan mengurangi ketegangan internal.
Selain itu, kemampuan partai dalam beradaptasi dengan dinamika geopolitik menjadi faktor penting dalam ketahanan partai. PDI Perjuangan, sebagai partai yang memiliki hubungan internasional yang luas, mampu membaca situasi global dan menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut.
Dengan demikian, partai itu tidak hanya bertahan di tingkat nasional, tetapi juga mampu memosisikan diri dalam konstelasi politik global yang lebih luas.
Salah satu konsep menarik yang diangkat dalam disertasi tersebut adalah pentingnya demokrasi disensus dalam mempertahankan demokrasi yang sehat. Dalam pandangan Kristiyanto, demokrasi sejati tidak hanya mengandalkan konsensus, tetapi juga memerlukan ruang bagi perdebatan dan disensus.
Demokrasi disensus adalah bentuk koreksi terhadap otoritarianisme populis yang kerap kali memanfaatkan mayoritas untuk mengabaikan hak-hak minoritas dan melanggengkan kekuasaan.
PDI Perjuangan, melalui pendekatan disensus, telah menunjukkan bahwa partai politik yang kuat harus mampu menampung berbagai pandangan, bahkan yang kritis sekalipun, untuk menciptakan ruang demokrasi yang inklusif.
Disensus itu tidak hanya memperkaya perdebatan internal partai, tetapi juga mendorong partai untuk selalu responsif terhadap perubahan masyarakat. Dengan demikian, PDI Perjuangan mampu menjadi pelopor demokrasi yang tangguh di Indonesia.
Dalam era populisme otoriter dan tekanan politik yang makin meningkat, ketahanan partai politik menjadi kunci untuk menjaga keberlanjutan demokrasi.
Studi Kristiyanto tentang PDI Perjuangan memberikan wawasan penting mengenai bagaimana kepemimpinan strategis, ideologi, dan pelembagaan dapat saling bersinergi untuk membangun partai yang kuat dan mampu bertahan di tengah arus populisme.
PDI Perjuangan telah membuktikan bahwa partai politik yang memiliki fondasi ideologis yang kuat, dipimpin dengan visi yang jelas, dan dilembagakan dengan baik, akan mampu menghadapi berbagai guncangan, baik dari dalam maupun luar negeri.
Bagi partai politik di Indonesia dan di seluruh dunia, pelajaran dari PDI Perjuangan itu memberikan inspirasi untuk terus memperkuat internalisasi ideologi dan pelembagaan yang kokoh guna memastikan ketahanan di masa depan. (*)
*)Didik Prasetiyono adalah mahasiswa doktoral Program PSDM Pascasarjana Universitas Airlangga dan wakil ketua DPC PDI Perjuangan Kota Surabaya (2013–2015).--