Terakhir, BKKKS secara eksplisit menjelaskan tentang tantangan dan peluang insan disabilitas terkait dengan kebencanaan dan memberikan sorotan bahwa kelompok difabel butuh banyak dukungan dan jangkauan dari berbagai pihak.
Tidak hanya pemerintah, tetapi juga masyarakat secara umum. Peserta kegiatan sangat antusias terlibat secara aktif dalam sesi diskusi dan tanya jawab tentang pengetahuan kebencanaan di sekitar mereka dan mengaitkannya dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing peserta.
MASYARAKAT INKLUSIF DALAM IMPLEMENTASI DAN REFLEKSI BERSAMA
Membangun masyarakat yang inklusif memang bukan perjuangan yang mudah dengan keberagaman komunitas yang ada dalam masyarakat. Namun, tidak berarti langkah tersebut tidak bisa dilakukan.
Kegiatan pengabdian masyarakat ini merupakan salah satu upaya sisi akademisi menghubungkan jalan-jalan pembangunan menuju masyarakat yang tangguh terhadap bencana tanpa terkecuali.
Antusiasme peserta tentang kondisi potensi bencana dan langkah-langkah pencegahan dan penganggulangan secara mandiri secara bertahap adalah titik awal untuk menjadikan seluruh bagian masyarakat berdaya akan diri sendiri.
Tentunya berkolaborasi dengan berbagai pihak, baik pemerintah, LSM, univeritas, komunitas, media, maupun masyarakat luas yang dapat menghapus stigma keterbatasan terhadap kelompok difabel dan diharapkan akin banyak kegiatan yang melibatkan komunitas difabel.
Dengan demikian, proses dalam membangun masyarakat yang inklusif tidak mengabaikan kelompok rentan yang sering terabaikan. (*)
*)Lintang Wahyusih Nirmala adalah dosen antropologi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga.--