BERADA dalam wilayah ring of fire dengan potensi bencana alam yang beragam, Indonesia seharusnya memiliki kesiapsiagaan, baik pengetahuan maupun kemampuan menghadapi bencana. Sayang, pendidikan mengenai pengetahuan kebencanaan belum mendapatkan tempat khusus dalam pendidikan formal.
Informasi tentang kebencanaan diperoleh masyarakat secara mandiri melalui penyebaran informasi di media sosial. Padahal, kebutuhan untuk menghadapi bencana tidak cukup hanya melalui penyebaran informasi maupun pengetahuan melalui media sosial.
Masyarakat Indonesia perlu memiliki kemampuan dalam memahami potensi bencana di lingkungan sekitar, kemampuan dalam memahami proses evakuasi mandiri saat bencana, dan terlibat dalam upaya pengurangan risiko bencana karena bencana alam bisa terjadi pada siapa saja.
BACA JUGA:Tasyakuran Hari Jadi ke-76 Polwan Bersama Kaum Difabel Probolinggo
BACA JUGA:Pemkot Pasuruan Salurkan Bansos untuk Anak Difabel dan Lansia
Tugas lain dalam menyiapkan masyarakat Indonesia yang tanggap bencana adalah pemerataan akses pengetahuan dan peningkatan kemampuan dalam menghadapi bencana kepada seluruh masyarakat, termasuk bagi kelompok difabel.
Perguruan tinggi dengan landasan tridarma berkewajiban untuk menjalankan peran dan fungsinya dalam masyarakat, termasuk dalam pengabdian masyarakat.
Departemen Antropologi, Universitas Airlangga, mengadakan kegiatan pengabdian masyarakat tahun 2024 ini dengan sasaran kelompok komunitas difabel yang berasal dari Surabaya dan sekitarnya.
BACA JUGA:Asrama Haji Surabaya Siapkan Empat Mobil Golf untuk Layani Jamaah Difabel dan Lansia
BACA JUGA:Dua Dari Tiga Difabel Lolos Tes Akhir SIPSS Polri
Departemen antropologi bersama dengan mitra kolaborasi kegiatan pengabdian masyarakat, Badan Koordinasi Kegiatan Kesejahteraan Sosial (BKKKS) Provinsi Jawa Timur, mulai mengerahkan pada pembangunan masyarakat yang inkusif dengan melibatkan komunitas difabel.
Selama ini komunitas difabel belum mendapat perhatian, termasuk dalam hal kesiapsiagaan bencana yang masih minim akses pengetahuan dan peningkatan kapasitas kebencanaan.
Dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini, departemen antropologi tidak hanya menggandeng BKKKS, tetapi juga turut menggandeng Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jawa Timur sebagai narasumber serta melibatkan tujuh komunitas difabel dan empat universitas di Surabaya sebagai peserta dari kegiatan.
BACA JUGA:Anggota KPPS Wonokromo Dilantik, Libatkan Anak Muda dan Difabel
BACA JUGA:Gibran Tunjuk Atlet Difabel Peraih Medali Emas jadi Irup Hari Bela Negara