SURABAYA, HARIAN DISWAY - Biennale Drawing Aksera adalah pameran seni gambar yang diadakan Aksera Surabaya. Selain mengadakan pameran, dibuka sesi diskusi pada Rabu, 6 November 2024. Membahas apa itu gambaran (drawing).
Bersama narasumber Guru Besar Fakultas Seni Unesa Prof Djuli Djatipambudi, perupa kontemporer Yogyakarta Ugo Untoro dan kurator Asmudjo Jono Irianto. Dimoderatori Bramanjinto, topik memabahas tentang apa itu gambaran?.
Prof Djuli menjelaskan bahwa di Indonesia awal perkumpulan seniman di Indonesia adalah Perkumpulan Gambar Indonesia. Ada alasan dasar mengapa terminologi gambar dipilih dan bukan lukis.
BACA JUGA: Biennale Drawing Aksera, Sajikan Seni Drawing Kontemporer
Awalnya ada pengaruh globalisasi barat yang membuat sekolah-sekolah Indonesia pasca merdeka mendirikan kelas-kelas gambar. "Kalau sekarang bisa dibilang setara dengan jurusan desain komunikasi visual," ucapnya.
Prof Duli menuturkan dari menggambar ada banyak hal yang wajib diketahui perupa. Seperti pemahaman struktur, komposisi dan dituntut peka terhadap lingkungan sekitar.
(dari kiri) Yunus Jubair seniman Pelukis Surealisme asal surabaya dan Koko Moses seniman pelukis asal banyuwangi sedang mengamati karya seni yang berada di Biennale Drawing Akasara berlangsung di STKW Surabaya_Rabu, 6 November 2024_Dinar Mahkota Parameswa-Dinar Mahkota Parameswari-
Secara tidak langsung menggambar bisa melatih pola pikir orang-orang kala itu. Barulah dengan berbagai karya gambar yang sudah ditelurkan dan ditetaskan perupa Indonesia saat itu, maka barulah masuk ke dalam fase lukisan.
Yunus Jubair (kiri), pelukis surealisme asal Surabaya, dan Koko Moses seniman pelukis asal Banyuwangi sedang mengamati karya seni dalam agenda Biennale Drawing Aksera yang berlangsung di STKW Surabaya. -Dinar Mahkota Parameswari-HARIAN DISWAY
BACA JUGA: Kawal Revisi UU Hak Cipta di DPR, Melly Goeslaw Tegaskan Dukungan untuk Pekerja Seni
Sejak saat itu, gambar seringkali disalahpahami. Awal abad 20 menjadi pergerakan seni rupa di Indonesia. Hal itu dilakukan dengan semangat pencerahan. Bukan seperti barat, tetapi lebih pada semangat orang Yunani yang rindu akan pengetahuan.
Sehingga saat Taman Siswa dibangun pada 1920-an maka banyak juga perkumpulan perupa Indonesia yang berdiri. "Banyak perupa-perupa Indonesia yang hebat lahir kala itu. Salah satunya Raden Saleh," tuturnya.
Raden Saleh memadukan budaya Indonesia dengan gaya romansa ala Eropa. Kala itu, gambar dan lukisan masih memiliki batasan yang jelas. Secara gamblang perupa masih bisa membedakan mana gambar dan lukisan.
BACA JUGA: 4 Anime Bertema Seni yang Menggugah, dari Perjuangan hingga Refleksi Diri
Tetapi, semakin maju batasan itu semakin pudar. Apalagi sekarang era tsunami informasi yang membuat gambar dan lukisan semakin rancu.
Salah seorang narasumber Prof Djuli Djatipambudi menjelaskan apa itu gambar dan sejarahnya di Indonesia. -Dinar Mahkota Parameswari-HARIAN DISWAY
Prof Djuli Djatipambudi menjelaskan apa itu gambar dan sejarahnya di Indonesia-Dinar Mahkota Parameswari-