Maung Garuda dan Peluang Industri Otomotif di Indonesia

Jumat 08-11-2024,10:33 WIB
Oleh: Didik Sasono Setyadi*

BACA JUGA:Maung Pindad Besutan Prabowo Dipamerkan di IKN, Begini Kecanggihannya!

Saat itu diperkirakan PDB per kapita melebihi USD 30 ribu per tahun. 

PDB nasional di atas USD 9.100 miliar. Apakah artinya itu? Produksi barang dan jasa terbesar keempat di dunia akan berada di Indonesia. Maka itu, pemerintah sering menyebut tahun 2045 (lima tahun sebelum tahun 2050) sebagai Indonesia emas. Itu adalah peluang. 

Sudah barang tentu untuk mendukung produksi barang dan jasa terbesar di dunia dan dengan jumlah penduduk lebih dari 300 juta jiwa, mobilitas penduduk di Indonesia akan makin dinamis dan padat. 

Dengan begitu, dibutuhkan infrastruktur (prasarana) dan alat (sarana) transportasi yang memadai yang tidak hanya untuk mengangkut orang, tetapi juga mengangkut barang kebutuhan manusia maupun kebutuhan Industri. 

Akibatnya, kehadiran industri otomotif di Indonesia makin penting. 

Bagaimana dengan kehadiran mobil nasional? 

Sudah berapa kali Indonesia (melalui aktor negara maupun non-negara) mencoba memulai industri mobil nasional. Dari yang sangat serius seperti Timor hingga yang paling misterius seperti Esemka selalu gagal. 

Maka, bila kali ini Pindad sebagai salah satu industri strategis Indonesia dipercaya membuat Maung, jangan sampai mengalami nasib yang sama gegara adanya perselingkuhan antara bisnis dan kepentingan politik. 

Sebab, terlepas dari apa pun, publik tak bisa melepaskan image Timor dengan keluarga Soeharto dan Esemka dengan figur Jokowi. 

Oleh karena itu, meski ada ”tangan” Prabowo untuk mendukung Maung, jangan sampai Maung diidentikkan dengan Prabowo agar tidak terjadi tuduhan perselingkuhan bisnis dan politik.   

Menurut CNN Indonesia (5 Oktober 2024), jumlah kendaraan bermotor di Indonesia mencapai 164.136.793 unit. Sebanyak 80 persen adalah sepeda motor dan 20 persen kendaraan penumpang serta barang roda empat dan lebih. 

Jawa adalah pulau dengan populasi kendaraan bermotor terbanyak (sekitar 60 persen). 

Dari banyaknya kendaraan bermotor yang beroperasi di Indonesia dan dari upaya penciptaan mobil nasional dari masa ke masa, saya cukup prihatin mengapa mobil nasional tidak fokus pada sepeda motor dan mobil niaga pengangkut barang dan/atau penumpang. 

Sebab, motor dan mobil-mobil jenis itulah yang paling banyak dibutuhkan rakyat. Paling penting, untuk aktivitas ekonomi nasional. 

Saya masih ingat dahulu Texmaco pernah mencoba membuat truk dan bus ”Perkasa”. Sayang, Texmaco terbelit kasus BLBI. Saya ingat PT Inka pernah membuat bus gandeng untuk Trans Jakarta (busway), tapi kemudian lenyap tak berbekas. 

Kategori :