Karena alasan itu, Ecoton memberi beberapa rekomendasi kepada pemerintah untuk tidak menggunakan kemasan berbahan plastik pada program makan bergizi gratis.
Ini dilakukan untuk melindungi generasi muda dari bahaya mikroplastik.
Selain itu, Ecoton juga menyarankan untuk menghindari penggunaan kemasan plastik sekali pakai dan sachet, terutama untuk makanan panas, serta menghindari minuman (susu) dengan wadah plastik.
Temuan Ecoton menunjukkan bahwa 30 merek minuman berperasa mengandung mikroplastik.
"Oleh karena itu, kami mengingatkan pemerintah untuk mempertimbangkan kemasan ramah lingkungan dalam program makan gratis untuk anak-anak sekolah, guna mencegah paparan mikroplastik pada generasi muda," ujar Prigi.
Rafika Aprilianti, Kepala Laboratorium Mikroplastik Ecoton menambahkan, mikroplastik mempunyai kemampuan untuk menyerap dan mengikat polutan berbahaya yang ada di sekitarnya.
Jalur paling utama mikroplastik masuk ke dalam tubuh manusia bisa melalui tiga hal. Yaitu, melalui konsumsi makanan dan minuman, udara yang tercemar, serta penggunaan produk perawatan diri yang mengandung partikel plastik (microbeads).
Ketika partikel itu masuk ke aliran darah, mikroplastik dapat menyebar ke seluruh organ, membawa ribuan senyawa kimia berbahaya seperti Bisphenol A (BPA), ftalat, dan PCB, yang bersifat toksik atau beracun.
"Zat-zat kimia ini dapat memicu peradangan, mengganggu sistem imun, serta berdampak buruk pada fungsi organ dan sistem reproduksi manusia," kata Rafika. (*)