Deteksi Dini Pneumonia pada Anak, Kenali Gejala Napas Cepat

Rabu 20-11-2024,13:00 WIB
Reporter : Fatra Aditya*
Editor : Heti Palestina Yunani

HARIAN DISWAY - Pneumonia merupakan radang pada paru-paru dan dapat merusak jaringan paru-paru. Bahkan, dapat berujung hilangnya nyawa jika tidak tertangani. Demikian dr. Wahyuni Indrawati, Sp.A(K) menjelaskan.

Bahkan, pneumonia merupakan penyakit menular dan merupakan penyebab kematian tertinggi pada anak-anak di seluruh dunia. Data UNICEF pada 2019, setidaknya terdapat 2.200 anak berusia di bawah lima tahun meninggal akibat pneumonia.

Pneumonia pada anak dapat dideteksi dengan sederhana. Caranya dengan menghitung napas dalam satu menit. Metode ini membantu mengidentifikasi tanda-tanda gangguan pernapasan, seperti napas cepat, yang merupakan gejala utama pneumonia.

Para ahli kesehatan menekankan pentingnya kesadaran masyarakat terhadap teknik ini untuk mencegah komplikasi serius akibat keterlambatan diagnosis. Anak-anak berusia di bawah dua bulan, batas frekuensi napasnya adalah 60 kali per menit.

BACA JUGA: Mencegah Pneumonia pada Anak dengan Langkah Mudah, Sederhana, dan Efektif

BACA JUGA: Pneumonia Tergolong Penyakit Rendah, Gejalanya Ringan, Tingkat Fatalitasnya Lebih Kecil Ketimbang Covid-19

Untuk anak-anak yang berusia dua hingga dua belas bulan, batas frekuensinya adalah 50 kali napas per menit. sedangkan, untuk anak-anak yang berusia di satu hingga lima tahun batasnya adalah 40 kali per menit.

Gejala dari pneumonia sekilas nampak seperti batuk dan demam biasa. Hal ini menyebabkan orang tua tidak menyadari bahwa anaknya mengalami pneumonia. Untuk membedakan anatara keduanya sangatlah sederhana.

Apabila batuk atau demam pada anak disertai dengan napas yang cepat atau disertai dengan sesak napas, maka, bisa saja itu merupakan gejala dari pneumonia. Sedangkan batuk biasa tidak akan disertai dengan napas cepat maupun sesak napas.
Gejala dari pneumonia sekilas nampak seperti batuk dan demam biasa. Hal ini menyebabkan orang tua tidak menyadari bahwa anaknya mengalami pneumonia. --iStockphoto

“Hati-hati dengan ‘BBB’ atau bukan batuk biasa, lalu coba lihat saat bernapas sesak tidak, atau ada tarikan dinding dada. Kalau ada, maka hati-hati itu bisa jadi tanda pneumonia,” ujar Wahyuni.

BACA JUGA: Jadi Faktor Terbesar Kematian Anak, Berikut 5 Fakta Seputar Pneumonia

BACA JUGA: Pneumonia Pada Anak Merebak di Tiongkok, IDAI: Bukan Bakteri Baru

Beberapa faktor risiko yang dapat membuat anak terkena pneumonia antara lain: tidak diberikannya ASI pada bayi di bawah usia dua tahun, tidak mendapatkan imunisasi PCV, Malnutrisi, dan paparan polusi.

Maka jika demikian orang tua harus segera membawa anaknya ke fasilitas kesehatan terdekat tanpa harus menunggu anak makin sesak dan semakin parah kondisi tubuhnya. (*)

*) Mahasiswa UIN Satu Tulungagung, prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam

Kategori :