Misteri Tragedi Jalan Ngaglik, Surabaya

Selasa 19-11-2024,21:33 WIB
Reporter : Djono W. Oesman
Editor : Yusuf Ridho

Saat dibawa polisi ke Polsek Genteng, AN tidak sempat membawa serta obatnya. Karena terburu-buru, obat ketinggalan di rumah. Sementara itu, rumah yang jadi TKP sudah disegel polisi dengan garis polisi. Maka, Stanley mengutus adiknya yang lain untuk mendatangi Polsek Genteng, minta izin polisi untuk mengambil obat itu.

Stanley: ”Hari ini jadwalnya ia minum obat. Kalau tidak diminum, pasti ngomongnya ngelantur. Malah bisa membingungkan.”

Soal depresi AN, wartawan mengonfirmasi ke Kapolsek Genteng Kompol Bayu. Tidak ada jawaban spesifik. Ia mengatakan, pihaknya masih melakukan penyelidikan.

Satu keterangan penting Stanley, AN sempat mengatakan ke Stanley, ketika L terkapar berdarah-darah, AN kali pertama menelepon anak L, memberi tahu hal itu. Barulah kemudian AN menelepon Command Center 112.

Bisa jadi, luka di kepala L akibat jatuh, lantas kepala terbentur sesuatu sehingga luka berdarah-darah. Polisi mengatakan, itu luka akibat benturan benda tumpul. Benturan juga bisa pukulan. Dampaknya sama. Cuma, polisi tidak spesifik menyebutkan bentuk luka itu.

Menyimak kondisi psikis AN berdasar keterangan Stanley, apa pun bisa terjadi pada Minggu sore, 17 November 2024, di rumah tersebut. Tindakan orang depresi sulit diduga. Emosinya pasti labil. Sedangkan, tindakan agresif selalu terkait kondisi emosi seseorang. 

Dari status perkawinan AN dan L, sangat mungkin mereka menjalin asmara. Meskipun, AN dikatakan beristri, tapi tidak serumah dengan istrinya. Seumpama mereka menjalin asmara, sangat mungkin itu pembunuhan. 

Sebab, asmara itu adonan antara cinta dan benci. Teraduk jadi satu. Cinta dalam arti, pencinta merasa memiliki orang yang dicintai. Kalau rasa memiliki benda bersifat statis. Tidak berubah. Sampai bendanya rusak atau hilang. Rasa memiliki manusia yang dinamis, manusianya bisa pindah ke lain hati. Saat itulah muncul benci setengah mati. (*)

 

Kategori :