SAYA pergi ke mal yang tidak terlalu besar di Rizhao. Rizhao adalah (Kota Tier 4 ) di Tiongkok.
Kotanya kecil dan jauh dari ingar bingar kepadatan penduduk di Tiongkok seperti Beijing dan Shanghai. Penduduknya sekitar 3 juta.
ILUSTRASI Budaya Membaca Buku di Tiongkok.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
Sabtu kemarin (23 November 2024) saya iseng-iseng ke toko buku yang ada di mal tersebut. Saya terkejut karena melihat banyaknya anak kecil dan remaja yang duduk di toko buku dan membaca dengan santainya.
Mereka boleh membawa makanan dan minuman dari luar sembari duduk ”ndelosor” di lantai. Saya tanya sudah berapa lama mereka di sana, mereka jawab sudah sejak 2 jam yang lalu mereka membaca buku di sana.
BACA JUGA:Anda Suka Baca Buku? Rinci 5 Manfaatnya yang Positif
BACA JUGA:Prabowo Ungkap Suka Baca Buku, Ini Dia Daftar Penulis Favoritnya
Jika kita berkaca di negara kita, Indonesia, kita menjumpai kondisi yang berbeda. Banyak toko buku yang sudah tutup dan tidak beroperasi lagi.
Dulu saya sering ke Gramedia dan Gunung Agung. Ada juga toko buku Kharisma atau toko buku Manyar di Surabaya.
ANAK-ANAK di Tiongkok sibuk membaca buku di mal.-Jagaddhito Probokusumo untuk Harian Disway-
Ada pula toko buku Uranus di Ngagel. Saya tidak tahu sekarang mana yang masih buka dan mana yang sudah tutup.
Satu hal yang pasti, sekarang sudah jarang saya jumpai toko buku di mal-mal kota besar di Indonesia.
Banyak yang beralasan, sekarang banyak toko buku online dan buku gratisan di internet. Oleh karena itu, banyak toko buku offline yang tidak beroperasi.
BUDAYA membaca anak-anak dan remaja di Tiongkok tumbuh subur.-Jagaddhito Probokusumo untuk Harian Disway-
Saya tidak sependapat dengan hal tersebut jika kita melihat Tiongkok sebagai role model negara maju dan beberapa negara lainnya.