Gencatan Senjata, Hizbullah Tertekan

Jumat 29-11-2024,16:09 WIB
Reporter : Doan Widhiandono
Editor : Noor Arief Prasetyo

HARIAN DISWAY - Hizbullah, kelompok bersenjata yang didukung Iran, mengalami kemunduran besar setelah perang terbaru dengan Israel. Dalam konflik itu, Israel menewaskan pemimpin utama Hizbullah. Mulai Hassan Nasrallah; Hashem Safieddine, calon pengganti Nasrallah; serta sejumlah komandan senior. Ratusan pejuang laskar itu juga tewas sejak September.

Serangan Israel yang melibatkan perangkat komunikasi seperti pager dan walkie-talkie yang meledak membuat Hizbullah berpikir ulang. Mereka waspada akan infliltrasi di kalangan anggota sendiri. 

“Hizbullah berada di bawah tekanan yang belum pernah terjadi sebelumnya,” kata Lina Khatib dari Chatham House.

Meski mengklaim kemenangan, posisi Hizbullah melemah. Sebab, mereka menyetujui gencatan senjata, 27 November 2024. Padahal, sebelumnya mereka justru ogah menghentikan pertempuran.

BACA JUGA:Pimpinan Hizbullah Hashem Safieddine Dinyatakan Tewas oleh Israel, Sebulan setelah Kematian Nasrallah

BACA JUGA:Adang Hizbullah, Israel Hancurkan Masjid Berusia 100 Tahun di Lebanon

Berdasar perjanjian tersebut, Hizbullah wajib menarik pasukannya dari kawasan selatan Lebanon. Yang tertinggal hanyalah tentara Lebanon dan penjaga perdamaian PBB di wilayah tersebut.

Selama ini, Hizbullah dikenal sebagai satu-satunya kelompok bersenjata Lebanon yang menolak menyerahkan senjata setelah perang saudara 1975–1990. Popularitasnya melonjak pada 2000 setelah Israel mengakhiri pendudukan selama 22 tahun di selatan Lebanon.


DARI ATAP MOBIL, seorang remaja di Kota Tyre mengacungkan dua jari tanda kemenangan, Kamis, 28 November 2024. Warga mulai kembali dari pengungsian setelah gencatan senjata.-ANWAR AMRO-AFP-

Hizbullah pun mengklaim bahwa mereka adalah pelindung utama negara tersebut. Namun, situasi berbeda setelah gencatan senjata kali ini terjadi dengan mediasi Amerika Serikat dan Prancis. Hizbullah pun kehilangan dominasinya di kawasan selatan Lebanon.

Menurut Imad Salamey dari Universitas Amerika Lebanon, meskipun perang itu melemahkan kekuatan militer Hizbullau secara signifikan, kelompok tersebut belum sepenuhnya hancur. 

BACA JUGA:Alasan Israel Mengarahkan Serangan ke Pos UNIFIL: Kami Mendeteksi Kelompok Hizbullah

BACA JUGA:Krisis Lebanon: Mengapa Tentara Tak Diterjunkan dalam Pertarungan dengan Israel dan Hizbullah?

"Hizbullah terluka, tapi tidak tumbang," katanya. Ia menambahkan bahwa legitimasi Hizbullah masih bergantung pada perannya sebagai gerakan perlawanan bersenjata. Sehingga, mereka pun sulit bertransformasi menjadi partai politik sepenuhnya.

Di ranah politik, Hizbullah masih memiliki pengaruh besar. Terutama di komunitas Muslim Syiah di Lebanon.

Kategori :