Empat Faktor Cuaca Kepung Indonesia di Akhir Tahun, Kepala BMKG Sebut Mitigasi Bencana Hidrometeorologis Mendesak

Jumat 29-11-2024,20:01 WIB
Reporter : Roisatun Nadhiroh*
Editor : Taufiqur Rahman

HARIAN DISWAY -  Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut mitigasi bencana Hidrometeorologi di akhir tahun sangat mendesak. 

Hal itu ia sampaikan di hadapan Wakil Menteri Pekerjaan Umum (PU) Diana Kusumastuti di Kantor Kementerian PU pada Jumat, 29 November 2024.

Dwikorita mengatakan, pada akhir tahun ini, Indonesia dikelilingi sejumlah dinamika atmosfer yang bisa menyumbang terhadap intensitas musim hujan disertai petir dan angin kencang.

“Kami perlu sampaikan bedanya dari tahun-tahun sebelumnya. Di 2020 hanya cold surge saja, tahun lalu hanya Madden-Julian Oscillation (MJO). Namun di tahun ini yang dihadapi tidak hanya satu faktor saja, ada MJO, cold surge, La Nina lemah dan puncak musim hujan di Pulau Jawa dan Sumatera bagian selatan,” ungkapnya.


pertemuan antara wamen diana dan kepala BMKG--

Untuk itu, semua pihak perlu meningkatkan kewaspadaan. Apalagi akhir tahun bertepatan dengan puncak mobilitas masyarakat dalam periode libur Natal dan Tahun Baru (Nataru). 

Dalam periode tersebut, masyarakat biasanya memanfaatkan momen dengan mudik ke kampung halaman, atau bertamasya ke tempat-tempat wisata.

Menanggapi hal tersebut, Wamen Diana mengatakan pihaknya terus melakukan persiapan untuk menghadapi arus Nataru 2024-2025 dan puncak musim hujan. 

Ia telah memerintahkan pada Ditjen Bina Marga untuk melakukan pengecekan drainase di jalan supaya tidak terjadi penyumbatan yang bisa mengakibatkan banjir melimpah ke jalan. "Teman-teman Bina Marga juga menyiapkan aliran air di jalan tol supaya tidak banjir,” kata Diana.

BACA JUGA:Waspada Cuaca Esktrem! BMKG Sebut La Nina Lemah Akan Berlangsung di Awal 2025

BACA JUGA:Indonesia Akan Masuki Musim Hujan Pertengahan November, BMKG Imbau Pemerintah Daerah Bersiap

Pertemuan tersebut nuga membahas mitigasi bencana hidrometeorologi yang bertepatan dengan arus Nataru, mitigasi potensi gempa megathrust, dan koordinasi penanganan Gunung Lewotobi. 

Sementara itu untuk antisipasi megathrust Dwikorita menekankan terkait megathrust agar Kementerian PU bisa melakukan pengawasan bangunan apakah sudah cukup kuat untuk menghadapi gempa berkekuatan 8,7 SR terlebih di zona megathrust seperti di Lampung, Sumatera Selatan dan Banten. 

BACA JUGA:BMKG Peringatkan Ancaman Banjir Lahar Gunung Lewotobi Laki-Laki

Kategori :