Ketiga, apakah harta benda atau uang mereka pernah dicuri.
Keempat, apakah mereka pernah diserang penjahat selama setahun terakhir.
Pengujian korelasi antara pertanyaan-pertanyaan itu dan jumlah ketimpangan pendapatan (yang diukur dengan koefisien Gini) di negara mana pun menunjukkan hubungan yang kuat dan positif antara negara dan disparitas tinggi dibanding yang rendah.
Penjelasannya, apakah orang merasa aman berjalan pulang sendirian atau tidak? Menunjukkan hubungan yang paling kuat dengan ketimpangan kaya-miskin.
Di Venezuela, misalnya, empat perlima responden mengatakan mereka tidak merasa aman berjalan pulang sendirian. Penculikan dan pemerasan merupakan kejadian umum di sana.
Distribusi pendapatan Venezuela adalah yang paling tidak merata ke-19 dalam studi tersebut.
Sebaliknya, 95 persen orang di Norwegia mengatakan, mereka merasa aman berjalan pulang sendirian. Benar saja, negara itu adalah negara ke-12 yang paling setara (kaya-miskin) dari 142 negara.
Hubungan sederhana itu tidak memperhitungkan semua perbedaan persepsi masyarakat tentang tingkat kejahatan. Tidak menyangkut teori-teori lain tentang kejahatan. Misalnya, tipologi fisik atau model penjahat, atau teori psikologi tentang penjahat. Tidak dikaitkan dengan semua itu. Murni disparitas kaya-miskin.
Tapi, seberapa besar komparasi antara disparitas dan tingkat kejahatan? Seberapa besar andil kenaikan upah bisa mengurangi jumlah kejahatan?
Dikutip dari Center for New York City Affairs, 12 April 2023, berjudul Let’s Fight Crime the Proven Way: By Increasing the Minimum Wage, diungkapkan hasil riset Lauren Melodia, wakil direktur kebijakan ekonomi dan fiskal di Center for New York City Affairs.
Kota New York dalam satu dekade sebelum pandemi Covid mengalami penurunan kesenjangan ekonomi yang dramatis. Tahun 2010-an, 50 persen rumah tangga terbawah di Kota New York mengalami peningkatan pendapatan untuk kali pertama dalam 20 tahun.
Upah minimum di sana dinaikkan dari USD 7,25 menjadi USD 15 per jam, secara bertahap, mulai 2013 hingga 2019. Atau, naik lebih dari seratus persen dalam enam tahun.
Hasilnya, dari tahun 2013 hingga 2019, pencurian dengan pemberatan dan perampokan masing-masing turun 38 persen dan 30 persen. Pencurian besar-besaran terhadap kendaraan bermotor turun 26 persen. Pembunuhan turun 6 persen.
Alhasil, kebijakan Presiden Prabowo itu sangat mungkin bakal menurunkan tingkat kriminalitas Indonesia. Jadi, hormatilah presiden RI. Janganlah presiden kita dianggap rendah. (*)