SURABAYA, HARIAN DISWAY - Cuaca ekstrem di Surabaya, Jawa Timur, memicu serangkaian bencana hidrometeorologi dalam beberapa hari terakhir. Diperkirakan, kondisi tersebut berlangsung hingga awal 2025. Sejak Jumat 29 November 2024, sebagian wilayah di Surabaya mengalami hujan lebat, tergenang banjir dan angin puting beliung. Bahkan, sebanyak 102 rumah rusak ringan dan 22 pohon tumbang akibat terdampak angin puting beliung. Dua wilayah yang paling terdampak meliputi Kelurahan Manyar Sabrangan dengan 77 rumah terdampak dan Kelurahan Mulyorejo dengan 25 rumah terdampak. Selain dampak kerusakan ringan pada rumah, ratusan jiwa di dua kelurahan tersebut juga terdampak.
BACA JUGA:Dispendik Surabaya Usul Libatkan UMKM Dekat Sekolah Permudah Distribusi Makanan Gratis
BACA JUGA:Amankan Stok Pangan Jelang Nataru, Pemkot Surabaya Sediakan Kios Sembako Murah di Sejumlah Pasar Cuaca ekstrem di Surabaya ini diperkirakan akan berlangsung hingga Januari 2025.
Hal ini disebabkan oleh peningkatan pertumbuhan awan penghujan yang dipicu oleh pertemuan massa udara di Jawa Timur, aktivitas Monsun Asia yang membawa suplai uap air, serta suhu muka laut yang hangat di sekitar Jawa Timur. Hal itu disampaikan Prakirawan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kelas I Juanda, Sudoarjo, Rendy Irawadi. Ia menjelaskan bahwa MJO (Madden-Julian Oscillation) yang berada di wilayah Jawa juga berkontribusi pada kondisi cuaca ekstrem di Surabaya. "Penyebab utama cuaca ekstrem di Surabaya adalah peningkatan pertumbuhan awan penghujan yang dipicu oleh pertemuan massa udara di Jawa Timur," kata Rendy, Kamis, 21 November 2024. Durasi cuaca ekstrem ini diperkirakan berlangsung hingga Januari 2025, dengan tanda-tanda perbaikan bergantung pada penurunan intensitas Monsun Asia dan pengurangan aktivitas awan penghujan.
BACA JUGA:Banjir di Kedungdoro, Pemkot Surabaya Temukan Kulit Kabel Utilitas Curian Sumbat Saluran Air
BACA JUGA:Pemkot Surabaya Adakan Pemutihan Pajak PBB Untuk Akhir Tahun, Cek Jadwalnya di Sini Jenis cuaca ekstrem yang sering terjadi meliputi hujan lebat disertai petir dan angin kencang, angin puting beliung, hujan es, serta potensi banjir dan longsor. "Pola ini meningkat seiring masuknya musim penghujan dan pengaruh fenomena iklim global," ujarnya. Karena durasi cuaca ekstrem di Surabaya cukup panjang, ia mengimbau kepada masyarakat menghindari area rawan seperti di bawah pohon, sungai serta tidak beraktivitas di luar ruangan saat cuaca buruk. Termasuk selalau memantau peringatan cuaca yang dikeluarkan BMKG. "Di Surabaya, daerah yang lebih rentan meliputi wilayah dekat sungai, daerah dataran rendah, dan kawasan dengan topografi curam di sekitar Surabaya," katanya. Karena itu, BMKG terus menjalankan program edukasi melalui sosialisasi media, seminar, dan kampanye untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya memantau dan memahami informasi cuaca.
BACA JUGA:Pemkot Surabaya Adakan Pemutihan Pajak PBB Untuk Akhir Tahun, Cek Jadwalnya di Sini
BACA JUGA:Rumah Rusak Akibat Puting Beliung di Surabaya Bertambah Jadi 102 Unit Di samping itu, BMKG secara real time akan memberi panduan bagi masyarakat untuk memantau cuaca menggunakan radar, memberikan peringatan dini harian, serta menyebarkan informasi 2-3 jam ke depan melalui situs web, media sosial, dan saluran komunikasi resmi. Sebab, dampak cuaca ekstrem ini cukup berpengaruh pada infrastruktur termasuk kerusakan akibat banjir dan pohon tumbang, serta terganggunya aktivitas ekonomi karena akses jalan yang terhambat. Ia berharap masyarakat dapat lebih siap menghadapi cuaca ekstrem yang diperkirakan akan berlangsung hingga awal tahun depan. "Kami terus berkoordinasi dengan pemerintah daerah melalui koordinasi mitigasi bencana, penyediaan informasi cuaca, dan peringatan dini untuk melindungi masyarakat," katanya. (*)