Di saat-saat itu akhirnya utusan Mataram datang ke Mangir. Meminta Pambayun untuk kembali pulang. Dipertemuan itu tak sengaja Ki Mangir melihatnya dan merasa sudah ditipu oleh Pambayun. Dalam rasa sesal Pambayun mencoba menjelaskan itu ke Ki Mangir.
Namun, amarahnya kadung muntab, kekecewaan itu membuat dirinya bersumpah untuk melawan Mataram. Lewat sorot lampu berwarna merah dan orasi yang membara dengan bahasa Jawa kuno menuntut balas ke Keraton Mataram. Dengan perang yang disimbolkan lewat pertarungan silat, Ki Mangir Wonoboyo tewas di medan perang.
BACA JUGA:Persiapan Paskah Paroki Hati Kudus Yesus, Gongnya di Teater Penyaliban Yesus saat Jumat Agung
Saat akhir pementasan tepuk tangan penonton membanjiri ruang Balai Budaya. Mereka mengapresiasi pentas teater yang mengangkat sosok perempuan yang jarang diulik. Adisaroh di dalam kisah-kisah Kerajaan Mataram seringkali hanya menjadi karakter sampingan.
"Oleh karena itu saya ingin mengambil sudut pandang baru lewat karakter Adisaroh," ucap sutradara sekaligus penulis naskah, Yusril Ihza F. A. Melakukan riset selama 3 tahun, Yusril telah menjelajahi Jawa Tengah dan mencari berbagai informasi lewat jurnal serta buku.
Dan akhirnya terciptalah sajian teatrikal Adisaroh itu. Menggabungkan berbagai elemen dari sastra dan kesenian teatrikal, Yusril berhasil meramunya dengan sangat baik. Ternyata pementasan tersebut difasilitasi oleh Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia.
"Setelah mendapat pendanaan penelitian tindakan kelas (PTLK) barulah kami merumuskan konsep pementasan ini," ucapnya. Kurang lebih persiapan yang dilakukan oleh Yusril bersama Studio Daluang sekitar 2 bulan. Dan dari 2 bulan tersebut pemeran utamanya telah berganti sebanyak 3 kali. Yusril mengungkap proses latihannya memang berat.
BACA JUGA:Panggung Eunoia: Teater Realisme dan Komedi Karya Mahasiswa UNESA
Arum Purbohesthining Tyas menjelaskan betapa kompleksnya saat memahami karakter Adisaroh. -Angelita Ariko Pinkan-HARIAN DISWAY
Akhirnya Arum Purbohesthining Tyas yang mampu bertahan lewat proses panjang nan berat itu. Dia mengungkap dalam 2 bulan persiapan itu, Arum harus mempelajari banyak teknik serta memahami karakter Adisaroh. Sehingga hasilnya bisa memuaskan seperti yang mereka tampilkan.
"Sulit tetapi memuaskan, apalagi saat mendalami perasaan Adisaroh ketika kasmaran lalu teringat siasat ayahnya," ucapnyi. Jembatan antara perasaan bahagia lalu gundah itu tidak boleh tiba-tiba, Arum menjelaskan kalau itu terjadi maka rasa yang diterima penonton akan berbeda.
Juga tidak boleh terlalu tidak kentara. Semua harus pas, agar penonton bisa merasakan dua emosi dari Adisaroh. Arum sangat lega setelah pementasan itu usai. Perasaannya bercampur aduk karena takut tak memenuhi ekspektasi penonton. Tetapi semua sirna saat tepuk tangan riuh kala pementasan berakhir. (*)