Dikutip dari BBC News, 9 Maret 2015, berjudul Are murderers born or made?, diungkap penyebab orang jadi pembunuh. Melalui teori psikologi. Jadi perdebatan ilmiah, apakah orang terlahir sebagai pembunuh? Ataukah tercipta oleh lingkungan sosial?
Memang ada dua itu penyebabnya. Bapak Kriminologi Dunia Cesare Lombroso (1835–1909) mencetuskan teori pada 1870, bahwa pembunuh punya gen penjahat pada otaknya. Ditandai pada fisiknya. Telinga besar, hidungnya bengkok seperti burung betet.
Tapi, teori itu dianggap kuno. Kemudian, muncul teori-teori berikutnya.
Riset pada 1993, tim peneliti meriset sebuah keluarga di Belanda yang semua (tujuh) anak laki-lakinya jadi penjahat.
Lima belas tahun penelitian yang cermat mengungkapkan, mereka semua tidak memiliki gen yang sama. Namun, semuanya punya otak dengan kandungan enzim disebut MAOA (monoamine oxidase A) yang lebih rendah daripada rata-rata.
Disebutkan, MAOA terlibat dalam pemecahan neurotransmitter seperti dopamin, norepinefrin, serotonin, dan epinefrin. Orang dengan enzim MAOA yang rendah cenderung gampang bertindak kekerasan.
Enzim itu terkait dengan perilaku agresi, gangguan suasana hati, dan penyakit neurodegeneratif. Orang dengan kadar yang lebih rendah daripada rata-rata cenderung berkepribadian antisosial.
Jim Fallon, guru besar psikiatri di University of California Berkeley, punya minat khusus dalam penelitian itu. Setelah ia menemukan sejumlah besar pembunuh dalam silsilah keluarganya.
Maka, ia melakukan tes genetik dan menemukan bahwa ia juga memiliki banyak sekali gen yang dikaitkan dengan perilaku psikopat yang kejam.
Prof Jim: ”Orang-orang secara umum punya genetika yang tidak berbahaya menjadi pembunuh dan psikopat daripada gen yang saya miliki. Saya memiliki hampir semua gen pembunuh.”
Namun, Jim bukan pembunuh. Ia profesor yang disegani di Amerika Serikat.
Penjelasannya adalah ia dilindungi dari warisan yang berpotensi menimbulkan kekerasan oleh masa kecil yang bahagia.
Jim: ”Jika Anda memiliki bentuk gen berisiko tinggi dan Anda dianiaya sejak dini, peluang Anda untuk menjalani kehidupan yang penuh kejahatan jauh lebih tinggi. Jika Anda memiliki gen berisiko tinggi, tetapi Anda tidak dianiaya, sebenarnya tidak ada banyak risiko. Jadi, hanya gen itu sendiri, variannya tidak benar-benar memengaruhi perilaku secara dramatis. Tetapi, setelah dikombinasi dengan lingkungan tertentu, ada perbedaan besar.”
Jadi, kecenderungan genetik terhadap kekerasan, bersama dengan masa kecil yang penuh kekerasan, secara harfiah merupakan kombinasi menghasilkan pembunuh yang dilahirkan dan diciptakan.
Namun, apa manfaat pengetahuan itu?
Penelitian difokuskan pada cara-cara untuk mengurangi perilaku kekerasan. Ada bukti kuat bahwa mengajarkan keterampilan mengasuh anak secara positif kepada keluarga, hasilnya efektif dalam meningkatkan pengendalian impuls.